Dr. Nana Sulaksana, Ir. MSP, “Pemanfaatan Panas Bumi Langgeng Bila Kondisi Lingkungan Terjaga”

[Unpad.ac.id, 18/02/2013] Wilayah Jawa Barat, merupakan salah satu bagian dari lempeng sabuk gunung api, maka tak heran apabila di Jawa Barat banyak terdapat gunung api. Hal ini membawa konsekuensi, bahwa hidup di daerah sabuk gunung api, harus selalu waspada bahaya  gempa bumi, longsor ataupun letusan gunung api.

Dr. Nana Sulaksana, Ir. MSP, dosen Fakultas Teknik Geologi Unpad (Foto: Dadan T.) *

Akan tetapi, sisi lain di balik bencana tersebut  terdapat kekayaan akan sumberdaya alam, baik mineral ataupun hasil buminya. Dengan banyaknya gunung api di Jawa Barat, masyarakat tidak hanya dituntut bersiaga terhadap bencana. Gunung api juga menawarkan berkah hidup. selain berdampak negatif, ada pula sisi positifnya, salah satunya sumber energi panas bumi.

“Lumbung sumber energi panas bumi di Indonesia yang terbesar itu ada di wilayah Jawa Barat. Maka tidak heran apabila di wilayah Jawa Barat banyak di temukan energi panas bumi yang berupa air panas atau kombinasi antara uap dan air panas,” ujar Dr. Nana Sulaksana, Ir. MSP., dosen Fakultas Teknik Geologi Unpad, saat di temui di FMIPA Unpad Jl. Ir. H. Djuanda No.4 Bandung,  Jum’at (15/2) kemarin.

Energi panas bumi bersifat ramah lingkungan dan tidak mudah habis, karena proses pembentukannya yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan hidrologi) terus terjaga keseimbangannya. Untuk itu dalam pemanfaatannya harus mempertimbangkan berbagai aspek supaya energi tersebut dapat terus digunakan.

“Manusia itu harus mampu memanfaatkan alam secara optimal tapi tidak merusak lingkungan. Apalagi energi panas bumi ini sangat bergantung pada air. Untuk itu dalam pemanfaatannya harus menjaga kelestarian lingkungan. Jangan sampai energi panas buminya di ambil, hutan di sekitarnya juga ikut digunduli, sehingga keseimbangan lingkungannya tidak terjaga,” jelas Dr. Nana.

Sayangnya potensi ini belum bisa dioptimalkan, di Indonesia masyarakat yang dekat dengan sumber energi panas bumi banyak yang memanfaatkannya hanya sebagai sarana pariwisata. Namun pemanfaatan langsung sebagai bahan bakar industri belum berkembang. Padahal dibandingkan dengan jenis energi lainnya terutama yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara, energi panas bumi ini apabila terus dikembangkan akan mengurangi bahaya efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

“Kalau kita berbicara sumber daya geologi ini, tidak bisa menjadikan sejahtera apabila tidak di ekstrak menjadi sumber daya ekonomi.  Untuk itu tugas pemerintah untuk menjebatani bagaimana sumber daya geologi ini menjadi sumber daya ekonomi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,” lanjut Dr. Nana.

Dr. Nana menambahkan, mengingat energi panas bumi ini tidak dapat diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan  untuk mencukupi kebutuhan energi domestik. Dengan demikian energi panas bumi akan menjadi energi alternatif,  karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi fosil yang kian menipis.

“Yang namanya energi panas bumi itu bukan yang bersifat bisa dijual ke luar, untuk itu dibutuhkan investor untuk mengolah sumber energi tersebut.  Maka dibutuhkan suasana kondisif agar para investor mau menanamkan modalnya di sumber energi ini,” jelas kepala Laboratorium Geomorfologi dan Pengindraan Jauh Geologi Unpad.

Sisi lain di balik banyaknya gunung api, tidak dipungkiri  wilayah Jawa Barat merupakan rumah produksi bagi ekonomi Indonesia dari sektor pertanian. Berkat endapan vulkanik tersebut membawa unsur hara yang membawa daerah sekitarnnya itu menjadi  subur.

“Itu mengapa jaman dulu Belanda memilih daerah pegunungan di Jawa Barat untuk menanam teh dan karet  karena kesuburannya, sehingga tak heran Jawa Barat dikenal sebagai sentra teh nasional” pungkasnya. *

Laporan oleh: Purnomo Sidik / eh *

Share this: