Dr. Ir. Neni Rostini, M.S. Ingin Terus Mengembangkan Varietas Cabai Unpad

[Unpad.ac.id, 29/06/2015] Harga jual benih cabai hibrida di pasaran terhitung mahal. Mahalnya harga jual benih ini menjadi beban bagi sebagian petani cabai di Indonesia. Hal ini menarik perhatian perguruan tinggi untuk menghasilkan varietas cabai unggul namun terjangkau oleh petani.

Dr. Ir. Neni Rostini, M.S. bersama varietas cabai Unpad (di dalam botol) yang terus dikembangkannya (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Dr. Ir. Neni Rostini, M.S. bersama varietas cabai Unpad (di dalam botol) yang terus dikembangkannya (Foto oleh: Tedi Yusup)*

Universitas Padjadjaran juga telah mengembangkan varietas cabai nonhibrida yang memiliki kualitas bagus dengan harga terjangkau. Dimotori oleh Prof. Ridwan Setiamihardja, Guru Besar Fakultas Pertanian Unpad, pihaknya melakukan penilitian pengembangan terhadap varietas cabai sejak tahun 1989. Sejak tahun 2008 penelitian tersebut dilanjutkan oleh Dr. Ir. Neni Rostini, M.S., dosen Departemen Pemuliaan Tanaman Faperta Unpad.

Penelitian ini berupa pengembangan jenis cabai hasil tinggi dan berkualitas bernama cabai Unpad. Cabai Unpad memiliki 4 varietas yang telah dihasilkan, yaitu: Unpad CB1, Unpad CB2, Unpad CK3, dan Unpad CK5.

“Yang paling khas dari cabai Unpad adalah warna merahnya yang kuat, selain daya hasil yang tinggi. Kalau dimasak menghasilkan masakan dengan warna merah yang bagus. Empat varietas cabai ini juga mengandung capcaisin tinggi sehingga memiliki rasa yang lebih pedas,” kata Dr. Neni.

Dari segi karakteristik, Unpad CB1 merupakan tipe cabai besar, Unpad CB2 merupakan tipe cabai semi keriting. Dua varietas lainnya, Unpad CK3 merupakan tipe cabai keriting dengan ukuran yang pendek, dan Unpad CK5 merupakan tipe cabai keriting dengan panjang sekitar 20 – 25 cm.

Menurut Dr. Neni, cabai Unpad merupakan varietas cabai hasil persilangan dari beberapa cabai yang berasal dari Amerika dan lokal. Cabai Unpad merupakan gabungan dari cabai besar, cabai rawit, dan cabai keriting. Perbedaan antara cabai non hibrida dengan cabai hibrida ialah jika cabai hibrida memiliki karakter yang seragam, sedangkan cabai non hibrida ada variasi sekitar 5%. Sementara, harga benih hibrida 6 kali lebih mahal daripada benih nonhibrida.

Setiap varietas dari cabai Unpad memilki keunggulan masing-masing. Dr. Neni menjelaskan, Unpad CB1 memiliki keunggulan potensi hasil maksimal pada musim kemarau. Varietas Unpad CB2 merupakan jenis cabai semi keriting dengan warna buah muda hijau tua dan pada saat berbuah sebanyak 70 persen buah masih hijau dengan 30 persen sudah merah.

Kondisi seperti ini akan sangat disukai petani karena petani dapat menjual buah hijau, sehingga mendapatkan hasil penjualan lebih cepat. Alasan ini yang mendasari stakeholder menilai varietas cabai Unpad CB2 memiliki tingkat pemasaran benih yang baik.

Varietas Unpad CK5 memiliki gen ketahanan terhadap penyakit Anthraknos yang disebabkan jamur Colletitrichum dengan penampilan paling tahan dibandingkan varietas lainnya. Hal ini didasarkan pada penelitian mahasiswa bimbingannya yang melakukan analisis DNA SSR terhadap varietas Unpad CK5 beberapa tahun ke belakang.

“Secara genetik di lab sudah dianalisis ketahanannya, tapi pola mutasi jamur di lapangan sangat cepat. Berbeda dengan pola mutasi gen (atau rekombinasi gen) pada tanaman,” terangnya.

Jamur Colletritichum muncul karena pengaruh kelembapan udara akibat musim hujan yang berturut-turut. Menurut Dr. Neni, sampai saat ini belum ada varietas cabai yang benar-benar tahan dengan serangan jamur tersebut. Hal inilah yang menyebabkan meroketnya harga cabai di Indonesia pada tahun 2010 karena produksi cabai terus menurun.

Untuk itu, pihaknya terus berupaya mengembangkan varietas cabai Unpad yang betul-betul tahan terhadap jamur tersebut. Hingga saat ini, penelitian tentang cabai Unpad sudah menghasilkan lulusan Sarjana hingga Doktor. Pada akhirnya penelitian diharapkan dapat diaplikasikan langsung kepada masyarakat.

“Saya berharap nanti ke depan akan dikembangkan lagi cabai Unpad yang baru sesuai dengan penyakit yang ada di lapangan,” tutur Dosen kelahiran Bandung, 16 Februari 1964.

Izin Peredaran Benih
Cabai Unpad bukan sebatas penelitian yang berhasil di laboratorium saja. Keempat varietas cabai Unpad telah dilegalisasi berdasarkan SK Menteri Pertanian RI No. 031-034/Kpts/SR.120/D.2.7/3/2015. Menurut Dr. Neni, legalisasi ini penting agar cabai Unpad dapat dipasarkan ke masyarakat.

Dosen yang juga menjadi komisi di Tim Penilai dan Pendaftaran Varietas Hortikultura dan Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kementan ini mengatakan, berdasarkan aturan Pemerintah jika suatu benih varietas tanaman ingin bisa dipasarkan, terlebih dahulu harus didaftarkan di TP2VH melalui kantor PVTPP Kementan. Legalisasi didapat apabila sudah keluar Surat Keputusan dari Pemerintah.

Setelah mendapatkan legalisasi, benih cabai Unpad siap dipasarkan. Dr. Neni pun menggandeng CV Agro Inti Raharja untuk pengembangan perbanyakan dan pemasaran benih. Penandatanganan Piagam Kerja Sama (PKS) dengan perusahaan yang terbilang baru ini sudah dilakukan pada awal April lalu.

“Saya sengaja memilih kerja sama dengan perusahaan pribumi yang masih baru sehingga nantinya akan berkembang,” jelas alumni Program Doktor Ilmu Pertanian Unpad ini.

Melalui kerja sama tersebut, CV Agro telah melakukan uji coba penanaman benih cabai Unpad di beberapa tempat, salah satunya di wilayang Lampung. Benih juga akan diujicobakan di lahan rawa. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan CV Agro bahwa benih cabai Unpad terbukti cukup bagus ditanam di lahan pasang surut.

Sementara Dr. Neni sendiri telah mengembangkan penelitian di beberapa lokasi, diantaranya: lahan penelitian di Ciparanje, juga lahan petani di Cibugel Sumedang, dan Sukamantri Ciamis. Cabai Unpad ini juga akan diperkuat melalui kerja sama dengan kelompok Petani Penangkar Benih.

Tujuannya hanya satu, para petani dapat terbantu dengan adanya benih cabai yang berkualitas namun dengan harga yang murah.

“Ketersediaan benih cabai akan membantu ketersediaan cabai dan pada akhirnya akan membantu ketahanan pangan di Indonesia,” pungkasnya.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: