Dr. Iman Hernaman Kembangkan Aplikasi Pengujian Cepat untuk Pakan Dedak Padi

Dr. Iman Hernaman, Ir., M.Si., IPU. (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Dedak padi merupakan salah satu bahan pakan bagi hewan ternak, khusunya ternak ruminansia. Sayangnya produksi dedak padi di Indonesia lebih sedikit dibandingkan kebutuhan pakan ternak. Dampaknya, banyak oknum pedagang yang mencampurkan dedak padi dengan sekam padi dalam produk pakannya.

Menurut Dosen Departemen Nutrisi Ternak dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Dr. Iman Hernaman, Ir., M.Si., IPU, sekam padi mengandung lignin dan silika yang bisa merusak saluran pencernaan. Selain itu, secara kasat mata, pakan campuran sekam juga sulit dibedakan dengan pakan dedak padi asli.

Untuk mengetahui apakah dedak yang dibeli dari pedagang mengandung campuran sekam atau tidak, pihak KUD selaku pemasok pakan ke peternak anggotanya perlu melakukan pengujian di laboratorium. Hasil pengujian laboratorium membutuhkan waktu minimal tiga hari.

“Problem-nya, pedagang sudah datang ke KUD, sehingga tidak mungkin harus menunggu tiga hari dulu lalu kemudian kembali lagi,” kata Iman.

Untuk menyiasati masalah tersebut, Iman mengembangkan prosedur pengujian pakan menggunakan analisis regresi untuk bisa menentukan kandungan sekam padi dalam pakan dengan cepat. Hasil pengujian dari prosedur yang dikembangkannya cukup membutuhkan waktu sekitar 20 menit.

Tidak hanya menentukan berapa kandungan pencemar dari pakan, prosedur ini juga bisa menentukan berapa harga jual yang seharusnya. Iman mengatakan, dari sisi harga, harga pakan “oplosan” seharusnya memiliki harga lebih rendah dari harga pakan dedak murni. Kenyataan di lapangan, banyak petani yang membeli pakan oplosan dengan harga sesuai pakan dedak murni.

“Kalau selisih harganya banyak dan dia (KUD) membeli dengan jumlah yang banyak, maka dia akan kehilangan ekonomi yang besar,” ujarnya.

Guna menghindari kerugian di skala peternak kecil, Iman bersama tim menyusun prosedur tersebut dengan memanfaatkan teknologi informasi. Prosedur yang dikembangkan Iman terbilang singkat, yaitu mampu menentukan persentase kandungan sekam serta menentukan harga jual yang layak dari pakan yang diuji dengan cepat.

Melalui prosedur yang dikembangkannya, penguji mengambil sampel pakan dedak sebanyak satu gram. Sampel disimpan di cawan berdiameter 5 sentimeter dan dibeli larutan klorogusenol.

Campuran sampel dengan klorogusenol dilakukan untuk menentukan kalibrasi dari sampel yang akan diuji. Proses kalibrasi tersebut menggunakan aplikasi Color Grab pada ponsel pintar yang dikembangkan Iman.

Untuk melakukan kalibrasi, cawan uji yang telah dicampur larutan didiamkan selama 10 – 15 menit lalu dimasukkan ke kotak khusus tertutup yang sudah diberi cahaya. Kotak tersebut merupakan kreasi dari Iman dan tim yang sudah dimodifikasi untuk mendukung proses kalibrasi makin akurat.

Tidak butuh waktu lama, aplikasi akan mengeluarkan nilai warna merah yang terlihat dari sampel.

Tempatkan cawan di tengah kotak, kemudian foto cawan menggunakan kamera ponsel melalui aplikasi Color Grab. Proses pemotretan dilakukan melalui lubang tepat di atas cawan. Begitu aplikasi mengunci objek, penguji dapat langsung memotretnya.

Iman menjelaskan, hasil dari nilai tersebut kemudian dimasukkan ke laman http://nttp.peternakan.unpad.ac.id/tes-kualitas-dedak/ untuk menentukan berapa persentase sekam dari sampel tersebut. Kemudian, penguji memasukkan manual harga dedak dan sekam di pasaran. Sistem kemudian akan melakukan penghitungan dan akan didapat harga penawaran yang direkomendasikan.

“Pemilik gudang (KUD) jadi punya patokan harga untuk menawar pakan di bawah harga yang direkomendasikan sistem,” kata Iman.

Iman mengatakan, kunci dari riset yang dilakukannya ada pada formula penghitungan yang dikembangkan. Kendati menggunakan metode regresi, Iman optimistis bahwa formula yang dikembangkannya cukup akurat dan mampu menentukan kadar sekam dalam pakan dalam waktu yang terbilang cepat bila dibandingkan dengan pengujian konvensional di laboratorium.

Selain itu, prosedur ini juga tidak memerlukan pengujian di laboratorium. Cukup menyiapkan kotak khusus untuk kalibrasi, cawan, larutan kloroglusenol, serta ponsel yang memiliki aplikasi Color Grab dan kamera. “Proses pengujiannya juga bisa di dalam gudang, tidak perlu ke laboratorium,” kata Iman.

Iman mengatakan, riset ini sebenarnya berangkat dari tantangan peternak kepada dosen Fapet untuk menentukan adanya pemalsuan dedak dengan cepat. “Lima tahun lalu saya ditantang peternak untuk menciptakan alat yang bisa menguji pakan dengan cepat. Sekarang hasilnya ada,” imbuhnya.

Pengujian kandungan dedak padi dinilai penting dilakukan. Pasalnya, pakan yang dioplos dalam menimbulkan banyak kerugian bagi peternak. Iman sendiri pun menemukan, dari 16 pakan dedak yang diambil dari produsen berbeda, hanya satu yang murni menggunakan dedak padi.

Dengan lengkapnya informasi yang disajikan dalam sistem terhadap pakan, KUD bisa lebih menyadari terhadap kandungan pakan yang akan dibelinya. Penggunaan pakan oplosan pun menjadi bisa disiasati dengan mencampurkannya ke banyak bahan pakan lainnya, sehingga kadar sekam dalam pakan bisa dikurangi.

“Kalau dia (pakan oplosannya) diperkecil maka kemungkinan sekam padinya juga kecil karena dia menggunakan banyak bahan. Selain itu, kalau KUD tertipu, dia yang akan rugi,” pungkasnya.*

Share this: