Pakar Unpad: Ada Berkah di Balik Bahaya Gunung Api

Lahan pertanian di kawasan lereng Gunung Bukit Tunggul, Kabupaten Bandung Barat. Sisa material vulkanik letusan Gunung Sunda Purba di zaman Prasejarah menghasilkan lahan-lahan yang subur di kawasan utara Bandung. (Foto: Arsip Kanal Media Unpad)*
Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Nana Sulaksana, Ir., M.SP., menjadi pembicara pada diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu “Berkah dan Bencana Gunung Api” yang digelar Dewan Profesor Unpad secara virtual, Sabtu (15/1/2022) lalu.*

[Kanal Media Unpad] Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Nana Sulaksana, Ir., M.SP., mengatakan, di balik potensi bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas gunung api, ada berkah yang bisa dimanfaatkan oleh manusia ataupun makhluk hidup lainnya.

Demikian disampaikan Prof. Nana saat menjadi pembicara pada diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu “Berkah dan Bencana Gunung Api” yang digelar Dewan Profesor Unpad secara virtual, Sabtu (15/1/2022) lalu.

Berkah pertama adalah sumber regenerasi tanah. Endapan vulkanik pascaerupsi merupakan penyubur wilayah pertanian. “Kalau tidak ada gunung api, tidak ada peremajaan kepada tanah di sekitarnya,” kata Prof. Nana.

Selanjutnya, gunung berapi berperan sebagai penyedia komoditas air. Gunung api menghasilkan air cukup banyak dan bisa dimanfaatkan secara langsung. Bahkan, komoditas air tersebut banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum kemasan. Hal ini didasarkan, air di wilayah gunung berapi sudah kaya akan mineral.

“Lain kalau di wilayah kapur dan sedimen, sudah pasti harus diolah dulu,” ujar Prof. Nana.

Selain itu, gunung api juga memiliki banyak kandungan mineral yang dapat ditambang dan dimanfaatkan bagi aktivitas manusia. Di sisi lain, kawasan ini menyimpan energi panas bumi yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan energi panas bumi.

Manfaat lainnya adalah sebagai lokasi wisata untuk menambah pendapatan masyarakat hingga berperan dalam membentuk peradaban. Sejarah mencatat, beberapa kerajaan Nusantara berada di kaki gunung berapi. Tinggalan artefak seperti candi atau prasasti sebagian besar menggunakan sumber batu dari material gunung api.

Prof. Nana menjelaskan, kendati sering disebut sebagai bencana, erupsi gunung api adalah proses keseimbangan alamiah yang sudah terjadi beratus tahun lalu. “Erupsi gunung api adalah siklus alam yang harus terjadi agar bumi harmoni dan layak dihuni,” pungkasnya.

Karena itu, aktivitas manusia di wilayah gunung api tetap harus mengedepankan mitigasi. Aktivitas pemantauan, penelitan, dan sosialisasi mitigasi gunung api ke masyarakat harus rutin dilakukan.*

Share this: