FTG Unpad Miliki Stasiun Cuaca Otomatis, Hasilkan Data Cuaca Lebih Presisi

Staf
Staf Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran tengah memasang stasiun cuaca otomatis (Automatic Weather Station).*

[Kanal Media Unpad] Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran memiliki stasiun cuaca otomatis (Automatic Weather Station) yang dipasang di atap Gedung Dekanat kampus Jatinangor. Stasiun ini mampu memantau kondisi cuaca di kawasan Jatinangor secara otomatis dan lengkap.

Kepala Laboratorium Hidrogeologi dan Geologi Lingkungan FTG Unpad Yudhi Listiawan, M.T., menjelaskan, alat ini mampu menangkap data kondisi cuaca secara berkala (realtime). Data yang ditangkap kemudian masuk ke data logger yang tertanam pada konsol dan dapat dilihat atau diunduh oleh pengguna kapan saja.

“Kalau biasanya alatnya manual, jadi datanya harus dicatat manual. Kalau ini secara otomatis datanya masuk ke konsol dan bisa di-download secara realtime,” kata Yudhi.

Alat berjenis Davis Vantage Pro Seri 6152 tidak hanya digunakan untuk mengukur curah hujan. Di dalamnya terdapat berbagai sensor iklim yang terintegrasi, yaitu curah hujan, kelembapan, suhu, kecepatan angin, dan arah angin.

Yudhi menjelaskan, dengan kelengkapan tersebut, stasiun cuaca otomatis ini mampu menyajikan data primer untuk mengetahui kondisi cuaca di Jatinangor secara berkala. Selain itu, alat juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas riset terutama yang berkaitan dengan sumber daya air, salah satunya analisis kesetimbangan air tanah di kawasan Jatinangor.

Melalui data tersebut, sambung Yudhi, peneliti bisa menghitung berapa persen air yang akan meresap di tanah dan berapa persen yang mengalir di permukaan saat hujan tiba. Hitungan matematika ini juga dipengaruhi kondisi tata guna lahan di Jatinangor.

Kepala Laboratorium Hidrogeologi dan Geologi Lingkungan FTG Unpad Yudhi Listiawan, M.T., sedang mengamati data yang ditangkap stasiun cuaca otomatis di kampus FTG Unpad, Senin (20/12/2021). (Foto: Dadan Triawan)*

Hasil dari analisis tersebut menjadi menjadi rekomendasi bagaimana upaya yang tepat dalam melakukan konservasi air di Jatinangor. Upaya ini penting dilakukan mengingat kawasan Jatinangor merupakan kawasan yang tumbuh, sehingga kebutuhan air tanah akan terus meningkat.

Selain riset di bidang sumber daya air, data dari stasiun cuaca otomatis ini juga bisa digunakan untuk mengetahui potensi banjir berdasarkan data intensitas curah hujan.

Yudhi mengatakan, alat tersebut memiliki keunggulan dibandingkan stasiun pengukur curah hujan lainnya, yakni data intensitas curah hujan disajikan secara berkala. Data stasiun curah hujan rata-rata per hari. Melalui AWS, data disajikan settiap 30 menit, sehingga intensitas hujan bisa lebih detail terlihat.

“Data ini bisa menjadi early warning, kalau intensitas hujannya tinggi, maka siap-siap (di wilayah bawah) ada potensi banjir,” kata Yudhi.

Ke depan, data yang diperoleh dari stasiun cuaca otomatis akan disajikan secara berkala di laman FTG Unpad. Dengan demikian, siapapun yang membutuhkan data cuaca dapat menggunakan data yang disajikan di laman tersebut.

“Selama ini kita kesulitan memperoleh data primer lengkap. Hanya ada data curah hujan, tetapi data temperatur, kelembapan, dan data lain untuk menghitung kesetimbangan air secara presisi sangat susah,” ujarnya.*

Share this: