literasi digital
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Dr. Ira Mirawati, M.Si., menjadi pembicara pada seminar daring “QuBisa Goes to Campus: Generasi Milenial Melek Literasi Digital”, Selasa (20/4).*
literasi digital
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Dr. Ira Mirawati, M.Si., menjadi pembicara pada seminar daring “QuBisa Goes to Campus: Generasi Milenial Melek Literasi Digital”, Selasa (20/4).*

[unpad.ac.id] Pada tahun 2020, diperkirakan jumlah pengguna internet Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada kuartal II 2020. Sebagian besar pengguna didominasi dari generasi milenial. Sayangnya, tidak semua pengguna internet Indonesia melek literasi digital.

Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Dr. Ira Mirawati, M.Si., menjelaskan, literasi digital dibutuhkan sebagai pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital. Kemampuan ini diperlukan untuk mencari, menilai, menggunakan, serta memproduksi informasi.

“Kalian buat konten di Instagram, TikTok, update status, itu namanya memproduksi. Itu masuk ke literasi digital. Dan bagaimana kita bisa memanfaatkannya secara sehat, bijak, cermat, dan patuh hukum,” ujar Ira saat menjadi pembicara pada seminar daring “QuBisa Goes to Campus: Generasi Milenial Melek Literasi Digital”, Selasa (20/4).

Seminar daring terselenggara atas kerja sama Pusat Pengembangan Karier Unpad dengan QuBisa, platform pembelajaran digital.

Ira menjelaskan, ada delapan elemen pada literasi digital yang wajib dimiliki generasi milenial. Pertama yaitu aspek kultural. Pengguna wajib memahami ragam konteks dari setiap pengguna digital.

Elemen kedua adalah kognitif atau daya pikir dalam menilai konten. Pengguna mesti memproses informasi yang diterima. Elemen ketiga adalah konstruktif atau reka cipta dalam menghasilkan sesuatu.

Selanjutnya, jelas Ira, adalah komunikatif atau memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital. Kelima adalah kepercayaan diri yang bertanggung jawab. Sementara tiga elemen terakhir adalah kreatif atau melakukan hal baru dengan cara baru, kritis dalam menyikapi konten, serta bertanggung jawab secara sosial.

Dosen yang juga pemilik akun TikTok @buiramira ini menuturkan, saat ini karakteristik pengguna media sosial bisa diketahui dari media algoritmanya. Melalui media algoritma ini, media sosial akan mengetahui bagaimana preferensi dari pengguna.

“Jadi kalau kita mau lingkungan media digital kita seperti apa, tentukan berperilaku kita di awal. Kalau teman-teman suka dengan kebaikan, maka akan terhubung dengan orang lain yang suka dengan kebaikan,” ujar Ira.

Direktur Pendidikan dan Internasionalisasi Unpad Mohamad Fahmi, S.E., M.T., PhD, mengatakan, generasi milenial seharusnya punya kemampuan literasi digital lebih baik dari generasi sebelumnya. Sayangnya kemampuan ini belum sepenuhnya dikuasai generasi milenial.

Mengutip hasil survei The Inclusive Internet Index, posisi kemampuan literasi digital Indonesia masih berada pada peringkat ke-66 di dunia. Ini menunjukkan bahwa  tingkat literasi digital di Indonesia masih belum optimal.

Seminar daring ini juga menghadirkan pembicara lain, yaitu praktisi dan konsultan digital Rudy Afandi.*

Share this: