Tiga Dosen FPIK Unpad Raih Hibah Internasional untuk Pengembangan Alat Monitoring Bawah Laut

Rilis

FPIK Unpad
Tiga Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan atau FPIK Unpad  Noir Primadona Purba, M.Si., Alexander M.A. Khan, PhD, dan Ibnu Faizal, M.T., bersama tim menandatangani kontrak riset secara virtual dengan Archipelagic and Island States Forum atau “AIS Joint Research Program”. FPIK Unpad berhasil mendapatkan hibah senilai 30.000 US Dollar terkait pengembangan alat monitoring perairan. (Sumber: Instagram AIS Forum)*

[unpad.ac.id, 3/12/2020] Tiga dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran meraih hibah internasional dari Archipelagic and Island States Forum atau “AIS Joint Research Program”.

Tiga dosen FPIK Unpad tersebut antara lain Dosen Prodi Ilmu Kelautan Noir Primadona Purba, M.Si., dan dua Dosen Prodi Perikanan Alexander M.A. Khan, PhD, dan Ibnu Faizal, M.T. Noir dan tim mengangkat riset berjudul “Development of Ocean Instrument and Data Portal for Archipelagic and Island States”.

Proposal riset yang diajukan Noir dan tim FPIK Unpad berhasil menyisihkan 26 proposal lain yang masuk. Hibah senilai 30.000 USD ini akan diberikan untuk menunjang kegiatan riset selama 1 tahun.

[irp]

Riset ini sendiri bekerja sama dengan University of Philippines Marine Science Institute, serta menggandengan sejumlah mitra lainnya, yaitu Mocean Institute, Komitmen Research Group dan PT. Robo Marine Indonesia.

Secara singkat, riset ini akan menghasilkan luaran berupa alat monitoring yang mampu menyelam hingga kedalaman 200 meter di bawah permukaan laut. Selain itu, riset juga akan menyajikan portal data kelautan yang dapat digunakan secara cuma-cuma.

Alex mengatakan, riset ini sangat penting mengingat ketersediaan data kelautan saat ini masih minim. Dengan luasnya potensi perikanan dan kelautannya, Indonesia seharusnya berdikari dalam penguasaan teknologi instrumentasi kelautan untuk memperoleh data dan informasi di dalamnya.

“Data dan informasi yang diperoleh mengenai karakteristik perairan, khususnya karakteristik oseanografi yang dapat diukur secara berkala dan dapat mengkaver seluruh perairan Indonesia serta berbiaya murah,” ujar Alexander dalam keterangan resminya kepada Kantor Komunikasi Publik Unpad.

Ibnu Faizal menambahkan, teknologi tersebut harus dapat mengukur pada kondisi laut dalam dan dangkal, serta memiliki beragam alat pengukur di dalamnya.

“Teknologi yang berdaya saing menjadi sumber daya utama untuk sektor kelautan dan perikanan di masa sekarang dan akan datang, sehingga dapat menjawab berbagai tantangan pengelolaan sektor kelautan dan perikanan Indonesia,” paparnya.

Sementara Noir sendiri menyampaikan, riset ini terus mengalami kebaruan sejak 2014. Beragam hibah nasional untuk pengembangan alat ini juga sudah didapat sebelumnya, seperti HIU Unpad, Hibah DDRG COREMAP-LIPI, serta hibah dari PPTI BPPT.

[irp]

Riset ini juga melibatkan sejumlah mahasiswa Ilmu Kelautan Unpad, antara lain Amarif Abimanyu, Tonny Bratasena, serta Sarah K.

“Dalam riset ini juga akan ada beasiswa penelitian untuk mahasiswa yang tertarik dalam bidang instrumentasi kelautan,” kata Noir.

Marine Kenzi dari Mocean Institute mengatakan bahwa kerja sama ini akan memperkuat kolaborasi perguruan tinggi dan industri.

Dengan menggunakan bahan baku lokal sebanyak 70% dan proses produksi dilakukan di dalam negeri, pengembangan ini diharapkan dapat menyempurnakan alat sebelumnya, sehingga mampu mencapai kolom bawah laut dan dapat mengukur massa air di suatu perairan.(art)*

Share this: