[unpad.ac.id, 23/9/2019] Sektor pertanian Indonesia harus siap menghadapi sejumlah tantangan di era revolusi industri 4.0. Penyiapan sumber daya manusia (SDM) pertanian yang melek teknologi salah satunya dibutuhkan.

Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti RI Prof. Dr. Ismunandar menjadi pembicara kunci dalam Seminar dan Lokakarya Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia  yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Senin (23/9). (Foto: Arief Maulana)*

Menurut Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti RI Prof. Dr. Ismunandar, inovasi teknologi dalam pertanian sangat dibutuhkan agar mampu menarik minat generasi muda. Saat ini, minat generasi muda terhadap pertanian masih rendah.

“Barangkali melalui teknologi baru, pertanian tidak lagi harus berkotor-kotor. Ini agar buat anak muda mau balik lagi ke pertanian,” kata Prof. Ismunandar saat menjadi pembicara kunci dalam Seminar dan Lokakarya Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia  yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Senin (23/9).

Seminar yang digelar dalam rangka Dies Natalis ke-60 Fakultas Pertanian Unpad ini bekerja sama dengan FKPTPI.

Selain reorientasi kurikulum pendidikan tinggi pertanian, mahasiswa juga perlu dibekali dengan kemampuan literasi data. Kemampuan ini akan menghasilkan beragam analisis data pertanian dalam bentuk representasi yang mudah dilihat.

“Supaya lulusan kita tidak tergantikan oleh robot, selain mahir di bidang ilmunya lulusan juga harus dilengkapi dengan literasi-literasi baru,” ujar Prof. Ismunandar.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Rektor Unpad Prof. Dr. Rina Indiastuti, M.SIE., mengatakan implikasi paling penting saat ini adalah menyiapkan lulusan perguruan tinggi yang mampu merespons dengan cepat perkembangan revolusi industri 4.0 di era digital ini.

“Reorientasi kurikulum pendidikan jadi kata kunci agar bisa mengisi kebutuhan SDM pertanian sehingga Indonesia bisa tetap menjadi negara agraris,” kata Prof. Rina.

Selain reorientasi kurikulum, Prof. Rina juga mendorong adanya terobosan sistem pembelajaran yang mengikutsertakan praktisi sebagai pengajar di perguruan tinggi.

“Tidak hanya kurikulum, tetapi pendidikan di bidang pertanian bisa melibatkan para praktisi dan  mitra kerja sebagai pembekalan yang komprehensif untuk para mahasiswa maupun lulusan sehingga mampu menghadapi tantangan revolusi industri 4.0,” kata Prof. Rina.

Sekretaris Jenderal FKPTPI sekaligus Dekan Fakultas Pertanian Unpad, Dr. Ir. H. Sudarjat, M.P., menjelaskan, seminar dan lokakarya ini diharapkan dapat merumuskan kurikulum terkait dengan perubahan akibat revolusi industri 4.0.

“Jadi, kita bisa merumuskan dukungan apa yang diperlukan untuk menguatkan vokasi dan sarjana terapan di bidang pertanian,” kata Dr. Sudarjat.

Ketua Panitia Seminar dan Lokakarya Nasional FKPTPI tahun 2019 Dr.rer.pol Ernah, S.P., M.Si., mengatakan, peserta yang menghadiri Seminar dan Lokakarya nasional ini kurang lebih berjumlah 623 orang yang berasal dari berbagai Fakultas Pertanian di 165 perguruan tinggi se-Indonesia.*

Laporan oleh Rana Aushaf dan Arief Maulana/am

Share this: