Guru Besar Unpad Analisis Penemuan dari Penerima Nobel 2018

A number of professors of Unpad dissected the scholarship of the four Nobel Prize categories in 2018 in an event held at the Multipurpose Room in the 4th floor of Unpad campus, Dipati Ukur Street No. 35, Bandung, Monday (29/10). (Photo: Tedi Yusup) *

[unpad.ac.id, 29/10/2018] Sejumlah guru besar Universitas Padjadjaran menyampaikan pandangannya terhadap berbagai temuan yang dihasilkan ilmuwan dunia penerima penghargaan Nobel 2018 di Ruang Serba Guna Gedung 2 lantai 4 kampus Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Senin (29/10).

Sejumlah guru besar Universitas Padjadjaran membedah keilmuan para penerima dari empat kategori Penghargaan Nobel tahun 2018 dalam acara yang digelar di Ruang Serba Guna Gedung 2 lantai 4 kampus Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, Senin (29/10). (Foto: Tedi Yusup)*

Dalam acara yang digelar Dewan Profesor Unpad tersebut, para guru besar membahas empat bidang Nobel 2018 dari lima bidang yang ada, yaitu: ekonomi, kesehatan, fisika, dan kimia.

Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Prof. Dr. Armida S.Alisjahbana menjadi pembahas penerima Nobel Ekonomi 2018, yaitu William Nordhaus dan Paul Romer. Yayasan Nobel memberikan penghargaan kepada dua ilmuwan asal Amerika Serikat atas konsistensinya dalam mengintegrasikan ekonomi dengan sektor lainnya.

“Keduanya sama-sama memberikan kontribusi terhadap bagaimana bisa memperoleh pertumbuhan ekonomi jangka panjang yg sustain dan sustainable. Keduanya juga memperhitungkan penyebab ketidaksempurnaan mekanisme pasar secara global,” papar Prof. Armida.

Prof. Armida menjelaskan, William mengintegrasikan dampak perubahan iklim dengan analisis ekonomi. Berangkat dari keresahan akan perubahan iklim yang terjadi di Amerika medio 1970an, ia mulai menganalisis pengaruh polusi udara dan dampaknya terhadap perekonomian.

Secara konsisten, Willaim mulai meneliti terkait hal ini, termasuk membuat tiga modul analisis, yang meliputi carbon sirculation module, climate module, dan economic growth module.

Ia menjadi ilmuwan pertama yang mengintegrasikan ilmu kimia dan fisika dengan ilmu ekonomi.

“Ia mencoba mengaplikasikan skema carbon taxes, yang diharapkan akan mengurangi dampak emisi. Dari situ banyak penelitian yang me-refer ke Nordhaus,” terang Prof. Armida.

Sementara Paul menemukan bagaimana inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Paul berangkat dari pemahaman model ekonomi neoklasik yang dikemukakan ekonom Robert Solow. Pertumbuhan ekonomi ala neoklasik bersifat eksogen dengan dipengaruhi faktor modal, hukum, tenaga kerja, termasuk teknologi.

Meski demikian, model Neoklasik Solow ternyata tidak mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang secara signifikan, terutama di negara berkembang. Karenanya, Paul memodifikasinya dengan menekankan pada perlunya inovasi dan ilmu pengetahuan dalam pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya, Paul mengembangkan model ekonomi endogen yang efektif diterapkan di negara berkembang.

Pembahasan Nobel bidang kesehatan disampaikan guru besar Fakultas Kedokteran Unpad Prof. Ramdan Panigoro. Ia membahas penemuan terapi baru pengobatan kanker oleh dua penerima Nobel 2018 yakni James P. Allison dan Tasuku Honjo.

Sebagai penyakit mematikan kedua di dunia, perkembangan pengobatan kanker secara masif dilakukan oleh ilmuwan di dunia. Dalam perkembangannya, pengobatan kanker dimulai dengan operasi, radiasi, dan kemoterapi.

Namun, lanjut Prof. Ramdan, pengobatan kanker memiliki dampak tersendiri bagi pasien. Hal inilah yang mendorong James dan Tasuku menemukan metode pengobatan kanker dengan memanfaatkan imun tubuh untuk menghambat pertumbuhan sel kanker.

James mempelajari protein yang dikenal yang berfungsi sebagai rem pada sistem kekebalan tubuh. Dia menyadari potensi pelepasan rem yang berarti melepaskan sel kekebalan tubuh untuk menyerang sel tumor.

Secara paralel, Tasuku juga menemukan protein pada sel-sel kekebalan. Setelah dilakukan eksplorasi sel-sel ini bahwa ia juga beroperasi sebagai rem dengan mekanisme kerja yang berbeda. Terapi berdasarkan penemuannya terbukti sangat efektif untuk memerangi kanker.

Guru besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unpad Prof. Risdiana membahas mengenai penemuan Arthur Ashkin, Gerard Morow, dan Donna Strickland, tiga penerima Nobel 2018 bidang Fisika.

Arthur Ashkin, ilmuwan berusia 96 tahun menerima separuh dari penghargaan Nobel Fisika tahun ini. Ia berjasa menemukan “optical tweezers”, suatu penemuan pemanfaatan sinar laser berkekuatan tinggi yang mampu memindahkan partikel, virus, atom, dan sel-sel hidup lainnya.

Prof. Risdiana mengatakan, penemuan Arthur seolah menjadi perwujudan yang selalu ditampilkan dalam karya-karya sains fiksi Barat, dimana sinar laser menjadi kekuatan untuk memindahkan partikel tertentu. Dan Arthur mampu menjawabnya.

“Intinya Arthur bisa memperlihatkan bahwa dengan fokus intensitas tertentu, bisa mengontrol dan menggerakkan partikel,” kata Prof. Risdiana.

Sementara Gerard dan Donna, guru dan murid ini menemukan pemanfataan laser dengan metode high intensity short optical pulse.

Keduanya memodifikasi perangkat laser berintensitas tinggi tanpa menambah energinya. Modifikasi ini didasarkan rentannya efek yang terjadi ketika meningkatnya energi laser saat intensitasnya dinaikkan.

Dari penemuan keduanya dihasilkan perangkat laser berintensitas tinggi yang mampu menembus permukaan tanpa merusaknya. Temuan ini tentunya bermanfaat di bidang kesehatan, salah satunya pengobatan mata melalui metode lasik

Terakhir, guru besar Kimia FMIPA Unpad Prof. Dr. Toto Subroto membahas mengenai penemuan yang dihasilkan penerima Nobel bidang Kimia, yaitu Frances Arnold, George Smith, dan Gregory Winter. Frances mendapat separuh atas penghargaan Nobel tersebut.

Pada intinya, temuan Frances menghasilkan proses evolusi enzim terarah yang bermanfaat bagi kehidupan, di antaranya produksi bahan kimia yang ramah lingkungan ataupun bahan bakar terbarukan.

“Enzim adalah bagian penting atau mesin kehidupan,” kata Prof. Toto.

Sementara George merekayasa bakteriofag, suatu jenis virus yang menginfeksi bakteri, untuk dikembangkan menjadi protein baru. Gregory menggunakan tampilan fag untuk evolusi antibodi dengan tujuan menghasilkan obat-obatan baru.*

Laporan oleh Arief Maulana

Share this: