Lises Unpad Lakukan Dokumentasi Budaya “Ngertakeun Bumi Lamba” di Gunung Tangkuban Parahu

Para peserta upacara adat Ngertakeun Bumi Lamba berjalan menuju puncak Kawah Ratu di Gunung Tangkuban Parahu *

[Unpad.ac.id, 3/07/2015] Lingkung Seni Sunda (Lises) Unpad kembali mengadakan kegiatan Dokumentasi Budaya dalam rangka penelitian dan pengembangan. Objek dokumentasi kali ini adalah Upacara Adat Ngertakeun Bumi Lamba yang dilaksanakan di Gunung Tangkuban Parahu Lembang, pada Minggu (28/6) lalu.

Para peserta upacara adat Ngertakeun Bumi Lamba berjalan menuju puncak Kawah Ratu di Gunung Tangkuban Parahu *
Para peserta upacara adat Ngertakeun Bumi Lamba berjalan menuju puncak Kawah Ratu di Gunung Tangkuban Parahu *

Ngertakeun Bumi Lamba adalah sebuah upacara adat dengan cara memberikan sesembahan sebagai wujud rasa terima kasih kepada alam atas pemberian kehidupan. Upacara adat ini menyatukan berbagai suku dan masyarakat adat yang tersebar di seluruh Indonesia untuk berkumpul bersama di Tangkuban Parahu.

Upacara adat Ngertakeun Bumi Lamba dilaksanakan ketika matahari berada di sebelah utara bumi, biasanya ini terjadi selama enam bulan sekali. Ini merupakan kali ke-7 upacara adat Ngertakeun Bumi Lamba dilaksanakan.

Rangkaian upacara adat dimulai di lahan hijau pelataran parkir Jayagiri, dimana para peserta upacara adat duduk menghadap gunung sambil berdoa menurut kepercayaannya masing-masing. Selanjutnya, para peserta upacara adat melanjutkan upacara dengan berjalan kaki hingga puncak gunung, tepatnya di Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu. Di sana, para peserta menjalankan ritual “ngalarung” dengan mengembalikan hasil alam kepada alam yang diwakili oleh kawah gunung.

“Larung itu merupakan simbol keterikatan kita, dimana kita berada di puncak yang disucikan, kita mengembalikan apa yang berasal dari kesucian kembali ke kesucian. Kita berterima kasih pada gunung berapi ini karena menjadikan tanah yang subur dan memberikan banyak hasil,” ujar Akil Aviat Ginanjar atau biasa dipanggil Kang Gingin, selaku salah satu pelopor penyelenggaraan upacara adat ini.

Masyarakat adat yang hadir berasal dari berbagai suku adat serta penganut kepercayaan di Indonesia. Dari ujung timur diwakili oleh masyarakat Papua, sedangkan dari ujung barat diwakili oleh Suku Batak Karo. Hadir pula suku Baduy, Jawa, Sunda, Dayak Sagandu, Maluku serta bermacam penganut kepercayaan yang ada di Indonesia seperti komunitas Ajisaka dari Jakarta.

“Kami menangkap kesimpulan dari acara ini, luar biasa sekali, sesuatu yang baru bagi kami, menjadi sebuah proses ketika kami pulang. Kami dari masyarakat adat Papua yang ada di tujuh wilayah dari Sorong sampai Samaya memberi apresiasi dan mengucapkan terima kasih banyak karena sudah mengundang kami hari ini,” kata Sinam, ketua perwakilan Masyarakat Adat Papua yang turut hadir dengan enam anggota lainnya.*

Rilis oleh: Litbang Lises Unpad / art

 

 

Share this: