Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Dr. Ferry Sofwan Arief, M.Si., saat berbicara di Seminar Nasional “Kesiapan Agroindustri Indonesia Menghadapi AEC 2015, Jumat (13/03). (Foto oleh: Dadan T.)*

[Unpad.ac.id, 13/03/2015] Sebagai negara agraris, sektor agroindustri menjadi potensi Indonesia. Namun, apakah sektor tersebut sudah siap menghadapi Asean Economic Forum (AEC) yang akan dimulai pada akhir tahun 2015?

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Dr. Ferry Sofwan Arief, M.Si., saat berbicara di Seminar Nasional “Kesiapan Agroindustri Indonesia Menghadapi AEC 2015, Jumat (13/03). (Foto oleh: Dadan T.)*
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Dr. Ferry Sofwan Arief, M.Si., saat berbicara di Seminar Nasional “Kesiapan Agroindustri Indonesia Menghadapi AEC 2015, Jumat (13/03). (Foto oleh: Dadan T.)*

“Kita punya banyak potensi bahan baku, tinggal didorong oleh knowledge base untuk bisa bersaing dengan produk luar,” ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Dr. Ferry Sofwan Arief, M.Si., saat berbicara dalam Seminar Nasional “Kesiapan Agroindustri Indonesia Menghadapi AEC 2015, Jumat (13/03).

Seminar yang menjadi rangkaian acara “Supernature #3” ini digelar oleh Himpunan Mahasiswa Departemen Teknik dan Manajemen Industri Pertanian Fakultas Teknologi Indutsri Pertanian (FTIP) Unpad. Selain Ferry, hadir pembicara Prof. Dr. Ir. Lilik Sutiarso, M.Eng., Dekan FTP UGM dan Dr. Dwi Purnomo, S.TP., MT., Dosen FTIP Unpad.

Ia mencontohkan Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi geografi dan market yang baik. Potensi geografi dimana terdapat kekayaan alam yang melimpah sekaligus memiliki sentra produksi. Namun, sektor ini belum dikembangkan secara penuh.

Berdasarkan data yang dipaparkan Ferry, 40% dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat berasal dari industri manufaktur. Arus ekspor yang terjadi berasal dari perusahaan besar, mulai dari komponen otomotif hingga produk tekstil. Sektor agroindustri belum dimunculkan secara maksimal.

“Dari Jawa Barat kita sudah mengekspor karet, teh, dan hasil perkebunan, namun jumlahnya kalah dengan manufaktur. Ekspor produk olahan pangan pun belum besar,” ujar Ferry.

Untuk meningkatkan sektor agroindustri, Ferry mendorong penggarapan sektor agro tersebut menjadi lebih optimal. Hal ini harus didukung oleh teknologi dan Sumber Daya Manusia yang baik.

Untuk itu, ia pun mengajak peserta dn mahasiswa FTIP Unpad untuk dapat menciptakan teknologi yang mendorong pertumbuhan sektor agroindustri. “Produk akan menghadapi konsumen yang semakin pintar sehingga harus memenuhi standardisasi dan brand yang menarik,” ujarnya.

Sementara kualitas SDM yang ada pun masih kalah dengan negara ASEAN lainnya. Hal tersebut dikemukakan oleh Prof. Lilik. Menurutnya, 70% dari tenaga kerja Indonesia masih sebatas lulusan SD dan SMP.

“Sumbangan lulusan sarjana kita masih berjumlah 7%. Negara maju di ASEAN sudah hampir mencapai 40%,” imbuhnya.

Namun, ia optimis sektor Agroindustri dapat bersaing dalam AEC 2015. Pasalnya, Indonesia punya pasar yang baik yang tersebar di seluruh penjuru wilayah. Hal ini dapat terwujud asalkan didukung dengan SDM, infrastruktur, dan teknologi yang baik, hingga regulasi Pemerintah yang kuat.

“Sewaktu krisis moneter 1998, sektor Agroindustri masih bisa menahan gejolak krisis. Kita lihat, seberapa tangguhkah sektor ini menjadi kekuatan Indonesia di AEC,” ujar Prof. Lilik.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: