Prof. Otong Suhara, “Sistem Perikanan Kita Belum Berkelanjutan”

Prof. Otong Suhara Djunaedi saat menyampaikan Orasi Ilmiah Dalam Rangka Purnabakti yang digelar di kampus FPIK Unpad, Kamis (12/03) kemarin. (Foto oleh: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 13/03/2015] Mewujudkan sistem perikanan berkelanjutan bukan hanya dengan menerapkan teknologi baru saja. Sistem perikanan berkelanjutan juga perlu memperhatikan peningkatan kesejahteraan pembudidaya ikan/nelayan.

Prof. Otong Suhara Djunaedi saat menyampaikan Orasi Ilmiah Dalam Rangka Purnabakti yang digelar di kampus FPIK Unpad, Kamis (12/03) kemarin. (Foto oleh: Tedi Yusup)*
Prof. Otong Suhara Djunaedi saat menyampaikan Orasi Ilmiah Dalam Rangka Purnabakti yang digelar di kampus FPIK Unpad, Kamis (12/03) kemarin. (Foto oleh: Tedi Yusup)*

“Apabila kita menyadari tentang makna sistem perikanan berkelanjutan itu bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani ikan/nelayan, meningkatkan kesejahteraan petani ikan/nelayan, dan meningkatkan lapangan kerja di pedesaan, ditambah dengan memperhatikan ciri-ciri dari sistem perikanan berkelanjutan yang sudah dilaksanakan atau yang sedang dilaksanakan, maka cukup beralasan apabila menyatakan bahwa sistem perikanan kita masih jauh (belum) berkelanjutan,” tutur Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad, Prof. Otong Suhara Djunaedi saat menyampaikan Orasi Ilmiah Dalam Rangka Purnabakti, yang digelar di kampus FPIK Unpad, Kamis (12/03).

Menurutnya, sistem perikanan kita belum berkelanjutan juga terlihat dari berbagai kenyataan di lapangan, seperti terjadinya overeksploitasi sumber daya perairan dan pencemaran perairan yang semakin berat kita rasakan. “Di lain pihak, kita juga telah banyak melanggar kaidah-kaidah pengelolaan sumber daya perikanan berkelanjutan, terutama dari berbagai aspek ekologis,” ungkapnya.

Prof. Otong menjelaskan, salah satu prinsip ekologis yang dapat menjamin tercapainya pembangunan perikanan berkelanjutan adalah adanya keharmonisan spasial, yaitu tidak seluruh sumber daya perairan diperuntukan bagi zona pemanfaatan, tetapi juga harus dialokasikan untuk zona preservasi (pemeliharaan dan penjagaan), dan zona konservasi (pengawetan dan perlindungan).

Dari sudut pandang sumber daya perairan, untuk merealisasikan pembangunan perikanan berkelanjutan sangat tergantung pada dua aspek, yaitu kesehatan dan kelestarian ekosistem, serta keberlanjutan stok. “Hal inilah yang harus menjadi dasar untuk menggerakan pembangunan perikanan berkelanjutan,” ujar Prof. Otong.

Dari perspektif ekonomi, penyebab penangkapan berlebihan pada umumnya dikarenakan tidak adanya hak kepemilikan ikan, serta tidak adanya institusi yang dapat memberikan kontrol eksklusif terhadap pemanenan dan berbagai hasilnya. Selain itu, sulit juga diterapkan sistem insentif bagi nelayan untuk menjaga (mengkonservasi) sumber daya, tetapi sebaliknya sangat mudah untuk menerapkan insentif untuk menangkap ikan sebanyak dan secepat mungkin.

“Para pengelola perikanan semakin menyadari bahwa penyebab utama terjadinya overeksploitasi sumber daya perikanan dan degradasi ekosistem sumber daya perairan adalah karena faktor sosial, ekonomi, kelembagaan, dan politik,” tutur Prof. Otong.

Berlandaskan pada faktor-faktor tersebut, maka yang seharusnya menjadi keprihatinan mendasar pada pengelolaan perikanan adalah kesejahteraan manusia dan konservasi sumbar daya perikanan agar dapat digunakan di masa mendatang. “Berarti pengelolaan perikanan harus terfokus pada manusianya, bukan pada ikannya,” ujar Prof. Otong.

Laporan oleh: Artanti Hendriyana

Share this: