Unpad dan Dikti Gelar Workshop Pengembangan Dosen dan Pranata Laboratorium Pendidikan

Pelaksanaan workshop pengembangan Dosen dan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) di Bale Rucita Gedung Rektorat Unpad Kampus Jatinangor, Rabu (10/12). (Foto oleh: Arief Maulana)*

[Unpad.ac.id, 10/12/2014] Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) bekerja sama dengan Unpad menggelar Workshop bagi pengembangan Dosen dan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) di Bale Rucita Gedung Rektorat Unpad Kampus Jatinangor, Rabu (10/12).

Pelaksanaan workshop  pengembangan Dosen dan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) di Bale Rucita Gedung Rektorat Unpad Kampus Jatinangor, Rabu (10/12). (Foto oleh: Arief Maulana)*
Pelaksanaan workshop pengembangan Dosen dan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) di Bale Rucita Gedung Rektorat Unpad Kampus Jatinangor, Rabu (10/12). (Foto oleh: Arief Maulana)*

Workshop ini digelar sebagai salah satu perwujudan Reformasi Birokrasi yang digagas oleh Presiden Joko Widodo untuk peningkatan kualitas Pegawai Negeri Sipil. Dalam hal ini, profesi PLP juga ikut tersentuh reformasi birokrasi.

“Dulu profesi lab itu tidak terlalu dilihat. Suksesnya seseorang menjadi Profesor atau Menteri terkait penelitian sebenarnya tidak lepas dari peran profesi lab,” ujar Dra. Merry D. Panji, M.Si., ketua pelaksana kegiatan.

Merry yang juga sebagai kepala Seksi Profesi Kependidikan Subdit Karir Direktur Pendidik dan profesi Kependidikan Ditjen Dikti mengungkapkan, dengan adanya reformasi birokasi, profesiPLP berhak mendapat tunjangan jabatan yang nyaris setara dengan dosen. Bedanya, dosen lebih terfokus pada sektor akademik, sementara profesi PLP pada sektor laboratorium.

Hanya saja, tunjangan jabatan ini berlaku apabila profesi PLP menghasilkan berbagai penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat. Jika tidak menghasilkan penelitian, profesi PLP terancam akan diturunkan jabatannya menjadi tenaga kependidikan nonPLP.

Selain mendapat tunjangan jabatan, profesi PLP juga berhak mendapatkan hibah penelitian. Dengan demikian, profesi PLP juga harus mengetahui beragam kaidah perumusan proposal penelitian hingga penulisan karya ilmiah dengan baik dan benar.

“Kalau mereka tidak mampu menulis dengan baik, untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi juga akan sulit,” tambah Merry.

Lebih lanjut Merry menjelaskan, workshop ini terfokus pada pemaparan pengembangan profesi PLP, sistem karir profesi PLP, serta bimbingan pembuatan proposal penelitan. Workshop ini diikuti oleh 45 peserta dari 23 Perguruan Tinggi di Pulau Jawa dan Sumatera. Setiap Perguruan Tinggi terdiri dari Dekan, Kepala Lab, dan Profesi PL Senior.

“Kita sengaja hadirkan Dekan dan Kepala Labnya agar nanti ketika profesi PLP itu mengajukan proposal penelitian, semua pihak bisa saling mengetahui,” kata Merry.

Selain menambah kompetensi menulis sesuai standar, Merry mengharapkan para profesi PLP dapat membawa misi bagi Dikti terkait isu-isu krusial untuk diteliti. “Kalau PLP tidak diperhatikan Perguruan Tinggi, nanti faktor pendidikan dan penelitian secara nasional otomatis turun juga,” pungkas Merry.*

Laporan oleh: Arief Maulana / eh

Share this: