Para pembicara dan moderator kegatain "Temu Nasional: Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia”. yang diselenggarakan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad di Bale Santika, Unpad Jatinangor, Senin (6/10). (Foto oleh: Artanti)*

[Unpad.ac.id, 6/10/2014] Laut Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Namun hingga kini potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal untuk kemajuan bangsa. Bahkan, masih banyak permasalahan yang belum diselesaikan. Menurut Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., hal tersebut bisa saja terjadi jika masyarakatnya tidak memajukan sains dan teknologi secara optimal sehingga potensi tersebut tidak berkembang.

Para pembicara dan moderator kegatain "Temu Nasional: Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia”. yang diselenggarakan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad di Bale Santika, Unpad Jatinangor, Senin (6/10). (Foto oleh: Artanti)*
Para pembicara dan moderator kegatain “Temu Nasional: Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia”. yang diselenggarakan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad di Bale Santika, Unpad Jatinangor, Senin (6/10). (Foto oleh: Artanti)*

“Kita terlena dengan sumber daya alam, dengan potensinya yang luar biasa. Padahal bukan itu yang menjadi dasar kemajuan bangsa,”ujar Prof. Jamaluddin saat menjadi salah satu pembicara pada acara “Temu Nasional: Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia” yang diselenggarakan oleh Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad di Bale Santika, Unpad Jatinangor, Senin (6/10).

Selain Prof.Jamaluddin Jompa, turut hadir menjadi pembicara yaitu Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S., Direktur Eksekutif Indostrategi, Andar Nubowo, DEA, dan Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, Dr. Arif Satria, S.P. M.Si. Acara dimoderatori oleh Dosen FPIK Unpad, Dr.Sc.agr. Yudi Nurul Ihsan.

Lebih lanjut Prof. Jamaluddin menuturkan, sumber daya alam hanya berkontribusi 10% terhadap kemajuan suatu bangsa. Faktor yang lebih mendominasi yaitu inovasi dan kreativitas, networking, serta teknologi. Dengan demikian, untuk mempersiapkan Indonesia menjadi poros maritim dunia, maka harus diperhatikan juga kemajuan IPTEK dan penemuan sejumlah inovasi baru. Perlu adanya revolusi pemikiran, bukan hanya di perguruan tinggi tetapi juga di pemerintahan.

Pembicara lain, Prof. Rokhmin memaparkan mengenai potensi dan pemanfaatan ekonomi kelautan. Menurutnya, usaha di sektor-sektor ekonomi kelautan sangat menguntungkan dan menyerap banyak tenaga kerja. Usaha di sektor-sektor ekonomi kelautan juga mengandung local content yang tinggi, dan banyak produknya yang dibutuhkan pasar global, sehingga dapat mengurangi defisit neraca perdagangan dan inflasi.

Lebih lanjut ia menuturkan, dengan memperkuat dan mengembangkan sektor transportasi laut, pelabuhan, dan industri perkapalan nasional,maka konektivitas kelautan akan secara dramatis membaik. “Biaya logistik akan semakin murah, dari sekarang 24,6% PDB menjadi kurang dari 15% PDB. Daya saing ekonomi nasional akan meingkat signifikan,” ujar Prof. Rokhim yang merupakan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (2001-2004).

Selain itu, perlu juga dikembangkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru di wilayah pesisir, pulau kecil, dan perbatasan, sehingga menciptakan Prosperity Belt yang sekaligus berfungsi sebagai Security Belt. Kedaulatan NKRI pun dapat semakin kokoh.

Prof. Rokhim mengatakan, esensi Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah Indonesia sebagai negara maritim yang maju, makmur, kuat, dan berdaulat berbasis ekonomi kelautan, Hankam, dan budaya maritim. Selain itu, juga menjadi teladan (memimpin) dunia dalam berbagi kemajuan IPTEK kelautan, ocean governance (tata kelola kelautan), kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian dunia.*

Laporan oleh: Artanti Hendriyana / eh

Share this: