Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI, Prof. Achmad Suryana, saat menyampaikan materi pada seminar bertema “Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Program Diversifikasi Pangan Nasional” di Bale Sawala Unpad, Jatinangor, Kamis (27/01). (Foto oleh: Arief Maulana)*

[Unpad.ac.id, 27/03/2014] Saat ini, laju pertumbuhan penduduk yang tinggi menjadi salah satu tantangan utama dalam permasalahan  pangan di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, maka permintaan pangan pun terus meningkat. Selain itu, tantangan lainnya adalah pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim dan adanya persaingan pangan untuk konsumsi dan bioenergi.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI, Prof. Achmad Suryana, saat menyampaikan materi pada seminar bertema “Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Program Diversifikasi  Pangan Nasional” di Bale Sawala Unpad, Jatinangor, Kamis (27/01). (Foto oleh: Arief Maulana)*
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI, Prof. Achmad Suryana, saat menyampaikan materi pada seminar bertema “Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Program Diversifikasi Pangan Nasional” di Bale Sawala Unpad, Jatinangor, Kamis (27/01). (Foto oleh: Arief Maulana)*

“Ketiga hal itu kalau tidak di-manage dengan baik akan mengancam ketahanan pangan global,” ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI, Prof. Dr. Ir. Achmad Suryana, MS saat menjadi pembicara dalam acara Seminar Nasional & Focus Group Discussion bertema “Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Program Diversifikasi  Pangan Nasional” di Bale Sawala Unpad, Jatinangor, Kamis (27/01).

Acara ini digelar atas kerja sama Fakultas Pertanian Unpad dengan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI.  Selain Achmad, hadir sebagai pembicara Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Ir. H. E. Herman Khaeron dan Guru Besar bidang Holtikultura dari Fakultas Pertanian Unpad, Prof. Aos M. Akyas.

Dalam kesempatan tersebut, Herman mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk janganlah dianggap enteng. Hal ini perlu merupakan sesuatu yang krusial dan perlu mendapatkan perhatian khusus. “Sesuai amanat Undang Undang Dasar yang mengatakan bahwa pangan bukan lagi menjadi hal yang strategis dan pokok, tetapi menjadi hak asasi manusia. Kalau kemudian pangan tidak dipenuhi oleh negara, maka negara melanggar hak asasi manusia. Ini juga menjadi landasan berpikir kami untuk lahirnya Undang-undang yang kemudian menjadi payung dalam persoalan pangan,” tuturnya.

Berkaitan dengan perubahan iklim, Achmad mengatakan bahwa saat ini dampak anomali iklim semakin sulit diprediksi. Hal ini berpotensi menimbulkan ketidakpastian produksi, seperti adanya gagal panen. Selain itu, kerawanan pangan transien pun semakin besar. Kelangkaan dan kompetisi pemanfaatan sumber daya (lahan dan air) pun terus berlanjut, mengakibatkan produksi pangan semakin sulit.

Achmad pun menyinggung peranan perguruan tinggi terkait persoalan ketahanan pangan global ini. “Melalui  implementasi Tridharma Perguruan Tinggi, perguruan tinggi dituntut untuk berkiprah mendukung pembangunan pertanian khususnya kemandirian pangan dan energi berbasis pangan, dengan segala tantangan dan permasalahan yang dihadapinya,” ujarnya.

Menurut Achmad, perguruan tinggi perlu berperan serta dalam mengembangkan aspek kesiapan manusia melalui pendidikan formal. Selain itu, perguruan tinggi juga perlu berperan dalam mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (iptek) dan konsep alternatif kebijakan pembangunan melalui aktivitas penelitian, serta mengembangkan pemberdayaan masyarakat melalui diseminasi inovasi, pendidikan non formal, dan bentuk pengabdian pada masyarakat.*

Laporan oleh: Artanti Hendriyana / eh *

Share this: