Strategi “Ekonomi Biru” untuk Tingkatkan Produksi Perikanan dan Kelautan

Narasumber dalam seminar nasional “Let’s Be The Most Creative, Innovative, and Competitive Fresh Graduate Fisheries and Marine Science Scholar” yang diselenggarakan BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad di Auditorium Bale Santika Unpad, Rabu (23/10) kemarin. (Foto oleh: Tedi Yusup)*

[Unpad.ac.id, 24/10/2013] Untuk meningkatkan hasil produksi perikanan dan kelautan, ekonomi biru merupakan strategi yang dapat dilakukan. Dengan ekonomi biru, kita dapat memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Limbah hasil produksi pun dapat diminimalisasi.

Narasumber dalam seminar nasional “Let’s Be The Most Creative, Innovative, and Competitive Fresh Graduate Fisheries and Marine Science Scholar” yang diselenggarakan BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad di Auditorium Bale Santika Unpad, Rabu (23/10) kemarin. (Foto oleh: Tedi Yusup)*

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Dr. Suseno Sukoyono saat menjadi pembicara pada seminar nasional “Let’s Be The Most Creative, Innovative, and Competitive Fresh Graduate Fisheries and Marine Science Scholar”. Acara ini diselenggarakan BEM Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Unpad di Auditorium Bale Santika Unpad, Rabu (23/10) kemarin.

Dr. Suseno mengatakan untuk mendorong percepatan pembangunan kelautan dan perikanan, maka perlu dilakukan industrialisasi kelautan dan perikanan. Hal ini juga penting untuk peningkatan daya saing produk. Namun tidak cukup sampai di situ, strategi ekonomi biru perlu dilakukan.

Ekonomi Biru merupakan strategi pada paradigma ekonomi kelautan & perikanan berkelanjutan. “Contoh yang dapat dilakukan melalui strategi ini adalah pemanfaatan tulang ikan untuk dijadikan kerupuk, kulit ikan untuk dibuat sepatu, dan sebagainya.  Dengan demikian tidak ada yang terbuang,” tuturnya.

Pada kesempatan tersebut, Dr. Suseno mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara maritim memiliki luas lautan 5,8 juta km2 dengan panjang garis pantai 104.000 km. Lautan Indonesia merupakan wilayah Marine Mega-Biodiversity  terbesar di dunia, memiliki 8.500 spesien ikan, 555 spesies rumput laut dan 950 spesies biota terumbu karang.

Dengan demikian, bidang perikanan dan kelautan merupakan bidang yang strategis untuk digeluti.  Dalam periode 2001-2010, tren produksi perikanan dunia tumbuh sekitar 1,9% per tahun. Tren pertumbuhan perikanan budidaya meningkat cukup signifikan. Namun potensi perikanan budidaya di Indonesia yang besar tidak sebanding dengan pemanfaatannya.  “Potensinya besar, namun pemanfaatannya terbatas. Masih banyak yang bisa kita lakukan,” tuturnya.

Walaupun demikian, saat ini hasil perikanan telah mengarah pada produk bernilai tambah. Pertumbuhan nilai ekspor 2011-2012 mencapai 11,62% (nasional -6.25%) dan nilai impor -15,43% (nasional 9,40%).  “Neraca perdagangan 2012 menunjukkan bahwa dari sektor perikanan, Indonesia surplus USD 3,52 miliar atau 81,11% dari total transaksi perdagangan ekspor impor,” ungkapnya.

Selain itu menurut prediksi Mc. Kinsey Global Institute, Indonesia akan menjadi negara ekonomi ketujuh terbesar di dunia (sekarang diposisi 16). Dengan demikian, diperlukan 113 juta pekerja professional.  Hal ini juga menunjukkan adanya peluang besar bagi para sarjana perikanan dan kelautan Indonesia.

Dr. Suseno pun mengungkapkan terkait proyeksi kebutuhan SDM Perikanan hingga tahun 2014, termasuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan. Jenis usaha yang dapat dilakukan antara lain penangkapan ikan, budidaya ikan, dan pengolahan hasil perikanan mulai dari level manajer, supervisor, teknisi, hingga pelaksana.

Selain Dr. Suseno, turut menjadi pembicara pada acara tersebut adalah Senior Manager Quality Assurance Aquaculture PT Central Pertiwi Bahari, Rubi Haliman dan alumni FPIK Unpad yang kini telah bekerja sebagai Marine Science Instructure dan Diving Instructure, Fanny Kristiadhy S.Kel. Acara ini dibuka oleh Dekan FPIK Unpad, Dr. Ir. Iskandar, M.Si. *

Laporan oleh: Artanti Hendriyana / eh *

Share this: