Senarai Penelitian Guru Besar Unpad untuk Mendukung Ketahanan Kefarmasian

Empat Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran dikukuhkan dalam pada Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Jabatan Guru Besar yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Selasa (6/2/2024). (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Penelitian kefarmasian dalam menghasilkan inovasi dan hilirisasi menjadi tahap penting menuju ketahanan kesehatan. Kolaborasi juga diperlukan untuk meningkatkan mutu produk dan keberhasilan hilirisasi.

“Riset dasar merupakan tahapan penting yang dibutuhkan dalam menemukan inovasi dan sangat dibutuhkan oleh industri untuk memunculkan keunggulan dan daya saing produk yang akan dipasarkan,” kata Guru Besar dalam bidang ilmu Farmasetika dan Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi Unpad Prof. Sriwidodo saat membacakan orasi ilmiah pada Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Jabatan Guru Besar yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Selasa (6/2/2024).

Pada kesempatan tersebut, Prof. Sriwidodo membacakan orasi ilmiah berjudul “Hilirisasi Penelitian Bahan Baku Farmasi Melalui Inovasi dan Kolaborasi dalam mendukung Ketahanan Kefarmasian”.

Prof. Sriwidodo. (Foto: Dadan Triawan)*

Prof. Sriwidodo mengatakan bahwa salah satu langkah meningkatkan ketahanan kesehatan adalah dengan menguatkan ketahanan kefarmasian dan alat kesehatan.

Menurutnya, inovasi menjadi kunci keberhasilan hilirisasi penelitian dasar yang sudah dilakukan. Kolaborasi pun menjadi jalan terealisasinya hilirisasi.

“Universitas Padjadjaran memiliki sumber daya yang sangat memadai untuk menjadi hub ekosistem hilirisasi riset sehingga dapat berkontribusi dalam meningkatkan output akademik, dan berdampak positif terhadap kegiatan tridharma perguruan tinggi menuju Unpad bermanfaat dan mendunia,” kata Prof. Sriwidodo.

Guru Besar dalam bidang ilmu Farmasetika dan Teknologi Farmasi Prof. Iyan Sopyan mengatakan bahwa peneliti mempunyai peran penting dalam pengembangan bahan baku obat. Peneliti perlu menghasilkan riset yang berbasis produk yang berorientasi pada bahan baku sehingga menjadi mata rantai yang bersinergi dengan kemandirin bahan baku obat.

Prof. Iyan Sopyan. (Foto: Dadan Triawan)*

Dalam orasi ilmiah  berjudul “Rekayasa Padatan Farmasi (Kokristalisasi): Strategi Perbaikan Sifat Bahan Baku Aktif Obat”, Prof. Iyan mengatakan bahwa rekayasa padatan farmasi dapat menjadi salah satu metode perbaikan sifat bahan baku aktif obat untuk menjadi lebih baik dari beberapa aspek seperti kelarutan, profil disolusi, stabilitas, dan sifat mekanik dalam proses pembuatan sediaannya.

“Hasil rekayasa padatan farmasi dapat meningkatkan efektifitas terapi dengan meningkatkan ketersediaan hayati, menurunkan efek samping terutama obat yang dikonsumsi secara rutin karena penyakit tertentu,” kata Prof. Iyan.

Menurutnya, rekayasa padatan farmasi memiliki prospek untuk menghasilkan bentuk sediaan farmasi dengan sifat unggul sehingga menguntungkan dari aspek produksi bahan baku, proses manufacturing sediaan farmasinya, serta efektifitas terapinya ketika digunakan oleh pasien.

Sementara itu,  Guru Besar dalam Bidang Analisis Farmasi dan Kimia Medisinal Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Prof. Ida Musfiroh mengatakan bahwa proses penemuan dan pengembangan obat baru dapat dilakukan melalui teknik komputasi.

Prof. Ida Musfiroh. (Foto: Dadan Triawan)*

“Teknik komputasi memiliki peranan yang sangat penting sebagai langkah pertama pengujian interaksi obat dengan targetnya,” kata Prof. Ida.

Teknik komputasi dalam perancangan obat biasa disebut dengan computer-aided drug design (CADD) yang telah digunakan pada tiga dekade terakhir. Teknik ini dapat mengurangi potensi trial-and-error dalam proses penelitian sehingga proses pencarian dan pengembangan obat baru menjadi lebih cepat.

Dalam penelitiannya, Prof. Ida menggunakan teknik komputasi untuk pengembangan obat anti-radang dari senyawa aktif tanaman pegagan/antanan.

“Dua senyawa telah berhasil dikembangkan dari asam asiatat sebagai kandidat obat anti-radang melalui teknik komputasi,” kata Prof. Ida dalam orasinya berjudul “Pengembangan Obat Antiradang yang Selektif dari Senyawa Pemandu Bahan Alam”.

Lebih lanjut Prof. Ida mengatakan bahwa teknik komputasi juga dapat dikembangkan sebagai metode analisis risiko terhadap adanya kontaminan (pengotor) pada bahan baku dan sediaan farmasi sebagai upaya pre-eliminasi uji kontaminan di industri farmasi.

“Jika hal ini dapat dilakukan di Indonesia saat ini dan di masa yang akan datang, maka industri farmasi nasional dapat mempersingkat proses kontrol kualitas atau kendali mutu yang berdampak secara signifikan pada efisiensi biaya analisis,” kata Prof. Ida.

Guru Besar dalam bidang ilmu Biologi Farmasi Prof. Tiana Milanda menyampaikan, bahan aktif sediaan farmasi dapat diperoleh dari berbagai produk fermentasi. Dengan demikian, penelitian perlu terus dilakukan untuk pengembangan produk tersebut.

Prof. Tiana Milanda. (Foto: Dadan Triawan)*

Hal tersebut disampaikan Prof. Tiana dalam orasi ilmiah berjudul “Potensi Produk Fermentasi sebagai Bahan Aktif Sediaan Farmasi”.

“Di Indonesia terdapat berbagai produk fermentasi yang selama ini digunakan sebagai pangan fungsional, namun juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan aktif sediaan farmasi. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai penelitian lanjutan untuk mengetahui aktivitas farmakologi dari produk-produk fermentasi tersebut,” kata Prof. Tiana. (arm)*

Share this: