Perubahan Iklim Ancam Hilangnya Biodiversitas Ekosistem di Bumi

Sunardi, M.Si., Ph.D.* (Foto: Tedi Yusup)

[Unpad.ac.id, 13/09/2012] Waspadalah, kerusakan alam yang terus menerus akan mengancam biodiversitas atau keanekaragaman hayati kita. Faktor perubahan iklim dan aktivitas manusia khususnya dalam bidang ekonomi dan pembangunan, merupakan ancaman terbesar bagi kelangsungan biodiversitas suatu ekosistem. Hal tersebut tentunya menjadi persoalan yang harus segera diantisipasi oleh kita.

Sunardi, M.Si., Ph.D.* (Foto: Tedi Yusup)

Hal tersebut disampaikan oleh dosen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad, Sunardi, M.Si., Ph.D., dalam seminar Vivat Academica dengan tema “Lingkungan Hidup dan Kebijakan” yang digelar pada hari Kamis (13/09) dan bertempat di Bale Sawala Gedung Rektorat Kampus Unpad Jatinangor. Sunardi menambahkan perubahan iklim akan berpengaruh pada perubahan suhu bumi dan curah hujan.

“Berdasarkan fakta dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) ditemukan bahwa setiap waktu temperatur bumi meningkat 10 Celcius. Hal ini menyebabkan permukaan air laut meningkat akibat glasier, lapisan es, dan es lautan yang meleleh,” ungkap Sunardi.

Fakta lainnya ialah curah hujan yang berubah, frekuensi cuaca ekstrem yang meningkat, meningkatnya risiko banjir, kekeringan, serta hilangnya biodiversitas yang mengancam kesehatan manusia.

Di Indonesia sendiri, menurut Sunardi, telah terjadi peningkatan suhu yang terus meningkat. Di Jakarta misalnya, dari tahun 1870-2000 suhunya terus meningkat. “Permukaan air laut di Indonesia banyak meningkat. Dikhawatirkan akan menyebabkan tenggelamnya kota-kota kawasan tepi pantai di Indonesia,” ujarnya.

Indonesia merupakan kawasan biodiversity hotspot (keanekaragaman hayati yang tinggi). Hal ini ditandai dengan kawasan yang kaya dengan spesies endemik. Namun, keanekaragaman tersebut tidak diimbangi dengan pemeliharaan dan pelestarian yang baik. Sebagian dari biodiversitas tersebut mulai hilang dan tenggelam akibat permukaan laut yang meningkat. Ini tentu saja merupakan fakta yang memprihatinkan.

“Diperkirakan, jumlah spesies di dunia akan hilang 10-15%. Perubahan iklim yang terjadi sangat berpengaruh pada eksistensi spesies di alam,” kata Sunardi.

Salah satu yang terjadi ialah, perubahan iklim dapat mengubah jelajah makhluk hidup. Suhu bumi yang semakin panas memaksa spesies untuk mencari tempat yang lebih sejuk. Bila di laut, maka makhluk hidup di dalamnya akan pergi ke daerah kutub. Sedangkan di darat, makhluk hidup lari ke wilayah pegunungan yang memiliki suhu yang lebih sejuk. Apabila makhluk hidup di laut seluruhnya pergi ke daerah kutub, dikhawatirkan kawasan perairan Indonesia nantinya semakin sulit ditemui ikan. Perlu ada upaya untuk mengkonservasi beberapa spesies agar bisa mempertahankannya di alam.

Hilangnya biodiversitas pun dipengaruhi oleh faktor manusia. Banyaknya kasus penebangan liar, konversi lahan, hingga fungsi alih lahan menjadi permukiman merupakan dampak dari hilangnya biodiversitas endemik di kawasan Indonesia.

“Ekonomi sekarang lebih terfokus pada produk. Padahal jasa yang diberikan oleh ekosistem jauh lebih besar nilainya dibanding ketika mengambilnya untuk dimanfaatkan berupa produk,” tandasnya.*

Laporan oleh: Arief Maulana/mar*

Share this: