“Buta Huruf” Masa Kini, Jika Tidak Mampu Menguasai Informasi

Hary Setyowibowo, M.Psi (Foto: Arief Maulana)*

[Unpad.ac.id, 27/05/2013] Berdasarkan laporan Bank Dunia, Indonesia merupakan negara yang memiliki minat baca paling rendah. Hal tersebut sungguh disayangkan, mengingat sebagai negara besar, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara yang unggul. Hal inilah yang mesti disiasati khususnya oleh para generasi muda Indonesia.

Hary Setyowibowo, M.Psi (Foto: Arief Maulana)*

“Orang yang buta huruf saat ini, bukan hanya orang yang tidak bisa baca, tapi juga yang nggak mampu menguasai informasi,”  ujar Psikolog Hary Setyowibowo, M.Psi., saat seminar bertajuk “Membangun Masa Depan yang Cerah Melalui Membaca”, Senin (27/05) di Bale Santika Kampus Unpad Jatinangor.

Lebih lanjut Hary mengungkapkan, orang baru mampu menguasai informasi apabila memiliki keterampilan membaca. Oleh karena itu, keterampilan membaca patut dikuasai oleh seseorang bahkan sejak umur 0 tahun.

“Membaca itu tidak kenal usia. Jika kebiasaan membaca sudah diterapkan sejak umur 0 tahun, banyak efek penting yang didapat,” ujar Hary yang juga dosen Fakultas Psikologi Unpad.

Efek penting yang dimaksud, membaca bukan hanya membuat kaya akan pengetahuan, namun mampu membuat karakter menjadi jauh lebih dewasa. Sebab, dari sebuah bacaan dapat mengenal berbagai macam nilai positif yang negatif sehingga dapat membentuk kesadaran emosional dan moral sedari dini.

“Seorang anak akan mampu lebih bijak terhadap dirinya melalui membaca. Dia akan jadi sadar dan tahu mana bacaan ataupun hal-hal yang boleh atau tidak boleh bagi anak kecil,” tambahnya.

Bacaan pun dapat membentuk karakter diri. Oleh karena itu, Hary menyarankan untuk banyak membaca buku agar mampu melihat masalah dari berbagai macam sudut pandang. “Bandingkan antara orang yang membaca satu media dengan orang yang membaca banyak media. Orang yang membaca banyak media pasti akan lebih bijak dan punya beragam sudut pandang ketimbang yang membaca satu judul saja,” kata Hary.

Di akhir presentasinya, Hary pun mengajak peserta seminar untuk meningkatkan keterampilan membaca agar label Indonesia sebagai negara yang paling rendah minat bacanya dapat terkikis.

“Keterampilan membaca dan menulis itu lebih dari keterampilan tambahan, tapi sudah menjadi keterampilan hidup,” pungkas Hary.

Selain Hary, seminar ini juga menampilkan beberapa pembicara lainnya, yakni Dr. Jalalludin Rakhmat (Ahli Komunikasi) dan Indi (Penulis Novel). Seminar yang digelar oleh mahasiswa Departemen Manajemen Komunikasi, Fikom Unpad merupakan rangkaian dari kegiatan kampanye sosial “Reborn (Reading Becomes Our Tradition)” dari tanggal 27 Mei – 28 Juni 2013.

Kegiatan dengan sasaran peserta SMA, MA, dan SMK se-Kota Bandung ini terdiri dari berbagai macam kegiatan, yaitu Kampanye Gerakan Membaca, Seminar, Seleksi dan Pemilihan Duta Baca Muda.

Koordinator dari Seleksi Pemilihan Duta Baca Muda, Muhammad Reza Firdaus mengungkapkan, seleksi yang terdiri dari tes tertulis, debat, dan wawancara ini akan menghasilkan dua orang duta Baca Muda yang akan mengampanyekan Gerakan Membaca kepada masyarakat umum.*

Laporan oleh Maulana / eh *

 

Share this: