Sejak Masa Kolonial, Indonesia Banyak Dilirik Barat untuk Hasilkan Pengetahuan Baru

Guru Besar Universitas Leiden Prof. Marieke Bloembergen menyampaikan kuliah umum “Unsettling Colonial Knowledge. ‘Greater India’, Transnational Scholarly Networks and Indology in/on Indonesia (1930s-1960s)” yang digelar Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran di Aula PSBJ FIB Unpad, Jatinangor, 15 Mei 2023 lalu.*

[Kanal Media Unpad] Guru Besar bidang sejarah dan kajian poskolonial Universitas Leiden Prof. Marieke Bloembergen mengatakan, Indonesia menjadi bagian dari produksi pengetahuan dan jaringan pengetahuan dalam lingkup Asia dan dunia sejak berabad lalu.

Hal tersebut disampaikan Prof. Marieke saat menyampaikan kuliah umum “Unsettling Colonial Knowledge. ‘Greater India’, Transnational Scholarly Networks and Indology in/on Indonesia (1930s-1960s)” yang digelar Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran di Aula PSBJ FIB Unpad, Jatinangor, 15 Mei 2023 lalu.

Prof. Marieke menyampaikan, dalam konteks produksi pengetahuan kolonial, Indonesia sudah banyak dikaji oleh akademisi Barat. Hal ini terlihat dari munculnya kajian “Indologi” yang meneliti tentang sejarah, kebudayaan, bahasa, dan sastra dari Asia Selatan.

“Indologi tidak hanya ditujukan bagi orang Belanda yang ingin belajar tentang Indonesia, tetapi juga menjadi pencapaian akademik bagi orang Indonesia sendiri, seperti Hoesein Djajadiningrat dan Ngabehi Poerbatjaraka,” kata Prof. Marieke dalam rilis yang diterima Kanal Media Unpad.

Dalam kerangka produksi pengetahuan, meskipun masyarakat Indonesia saat ini mayoritas Muslim, Indonesia sangat identik dengan kebudayaan Hindu-Buddha dilihat dari penelitian sarjana Barat tentang situs budaya hingga dari benda-benda yang dibawa dan dipajang di beberapa museum di Eropa.

Hal ini menandakan bahwa pengaruh India di Indonesia sangat kuat dalam konteks warisan budaya dan diplomasi budaya. Penguatan ini terus dilakukan dalam bentuk diplomasi pendidikan dan penelitian antara India dan Indonesia pascakemerdekaan.

Dalam konteks lain, Prof. Marieke juga menerangkan bahwa Indonesia memiliki “local genius” berupa sistem pengetahuan yang sudah ada jauh sebelum datangnya pengaruh asing, seperti dari India, Cina, Arab, dan Eropa.

Pemaparan Prof. Marieke tersebut mendapat respons baik dari peserta diskusi yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Ilmu Sejarah. Guru Besar Ilmu Sejarah FIB Unpad Prof. Dr. Kunto Sofianto mengatakan, ceramah Profesor Marieke menambah pemahaman baru perihal sejarah Indonesia khususnya pada periode kolonial. 

“Mahasiswa perlu diberikan paradigma, perspektif, dan ruang lingkup baru dalam memahami sejarah kolonial. Apalagi mahasiswa di Program Studi Ilmu Sejarah Unpad banyak menghasilkan kajian-kajian yang menarik dan beragam,” ujarnya.

Kuliah umum Profesor Marieke Bloembergen sendiri merupakan kuliah umum kedua di tahun 2023 yang diselenggarakan Prodi Ilmu Sejarah. Sebelumnya, Prodi Ilmu Sejarah menyelenggarakan kuliah umum dengan mengundang Arlo Griffiths, Professor of Southeast Asian History, École française d’Extrême-Orient (EFEO) pada Maret 2023. (rilis)*

Share this: