Tingkatkan Wawasan Remaja Mengenai Anemia, Puspa Sari, M.Keb., Rancang Aplikasi “Wanter”

Puspa Sari, S.ST., M.Keb. (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Dosen Program Studi Kebidanan Universitas Padjadjaran Puspa Sari, S.ST., M.Keb mengatakan bahwa remaja putri perlu memiliki kesadaran mengenai risiko anemia. Dengan mencegah dan menangani anemia sejak remaja, diharapkan berbagai permasalahan akibat anemia saat kehamilan dan persalinan kelak dapat dihindari.

Untuk itu, Puspa menggagas adanya aplikasi di ponsel pintar untuk meningkatkan pengetahuan remaja mengenai anemia. Aplikasi tersebut bernama “Wanoja Anti Anemia Pinter tur Cageur” (Wanter). Dalam bahasa Sunda, Wanoja Anti Anemia Pinter tur Cageur  berarti perempuan anti anemia yang pintar dan sehat. Selain itu, Wanter juga berarti “berani”.

Sebelumnya pada tahun 2021, Puspa dan tim melakukan wawancara ke sejumlah remaja putri di 16 sekolah di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa pengetahuan, sikap, dan gaya hidup mereka masih kurang optimal untuk mencegah anemia. Wanter pun kemudian diciptakan sebagai bagian dari intervensi.

“Karena yang namanya remaja apalagi zaman sekarang melek teknologi termasuk di dalamnya smartphone,” ungkap Puspa.

Aplikasi tersebut berisi berbagai materi edukasi pencegahan anemia dalam bentuk video animasi, seperti penyebab, akibat, tanda gejala, dan cara pencegahannya. Selain itu juga terdapat materi mengenai gizi seimbang dan aktivitas fisik.

Dalam aplikasi tersebut juga terdapat fasilitas menghitung umur, indeks massa tubuh (IMT), kebutuhan kalori, dan perkiraan jadwal menstruasi yang akan datang.  Aplikasi Wanter juga menyediakan layanan konsultasi mengenai anemia.

Aplikasi Wanter ini sudah dicoba diterapkan kepada sejumlah remaja putri di 16 sekolah, baik SMA, SMK maupun MA di Kecamatan Soreang pada awal 2022. Setelah tiga bulan, diketahui terdapat peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku mereka terhadap pencegahan anemia.

“Sebelum intervensi kita lihat dulu melalui pre-test bagaimana asupan makan mereka, pengetahuan, sikap tentang anemia, juga praktik dalam pencegahan anemia. Setelah itu kita intervensi selama tiga bulan, kita melakukan post-test. Alhamdulillah, setelah diintervensi menggunakan Wanter ternyata pengetahuan dan sikapnya meningkat, termasuk asupan makanannya,” ungkap Puspa.

Dikatakan Puspa, asupan makanan merupakan hal penting dalam upaya pencegahan anemia. Untuk itu makanan dengan gizi seimbang sangat penting.

“Asupan makanan terdiri dari makronutrien dan mikronutrien, di dalam mikronutrien terdapat zat besi. Nah kalau remaja kekurangan zat besi, itu adalah salah satu penyebab anemia,” jelas Puspa.

Pada Aplikasi Wanter pun terdapat fasilitas untuk mengetahui menu harian yang dimakan apakah porsinya sudah cukup atau belum.

“Jadi remaja memasukkan berapa porsi yang dia makan dalam satu hari, nanti keluar hasilnya apakah kurang atau cukup,”ungkap Puspa.

Di beberapa daerah, Puspa masih menemui sejumlah remaja yang mengalami anemia. Menurut Puspa, hal tersebut terjadi karena masih kurangnya asupan nutrisi terutama zat besi, vitamin C, dan protein.

“Pola makannya kurang sehat. Saya lihat di sekolah jajanannya kurang sehat, untuk itu peran orang tua juga dibutuhkan. Banyak orang tua yang tidak menyediakan sarapan dan makanan untuk anak, sehingga anak jajan di luar,” kata Puspa.

Selain itu, Puspa menjelaskan bahwa anemia juga dapat terjadi pada mereka yang sudah cukup makanan bergizi tetapi tidak dapat terserap karena beberapa hal, misalnya karena penyakit infeksi, kelainan genetik, cacingan, juga menstruasi yang tidak normal.

Dalam aplikasi Wanter, Puspa pun berusaha meningkatkan kesadaran untuk dapat segera memeriksakan diri ke fasilitas atau tenaga kesehatan apabila memiliki tanda dan gejala anemia seperti yang disebutkan di materi edukasi tersebut.

Selain peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku, aplikasi ini juga memiliki sejumlah komentar positif dari pengguna. Puspa mengungkapkan, sejumlah komentar yang datang seperti aplikasi ini menarik karena ada edukasi berupa video animasi, bisa dipakai kapanpun dan dimanapun, dan banyaknya informasi penting yang didapatkan pengguna mengenai anemia.

Sebelum diluncurkan dan digunakan pada objek penelitian, aplikasi ini telah melalui uji pakar dan uji pengguna, serta penyempurnaan berdasarkan masukan-masukan dari hasil uji tersebut.

Saat ini, pengguna aplikasi telah menyebar ke sejumlah daerah. Puspa pun berharap ke depannya aplikasi ini dapat terus dikembangkan. Saat ini, aplikasi tersebut sudah memperoleh hak cipta.

Melalui aplikasi tersebut, Puspa berharap remaja putri di Indonesia, khususnya Kabupaten Bandung bebas dari anemia. Hal ini untuk persiapan mereka dalam menghadapi pernikahan dan kehamilan.

 “Harapanya dengan adanya aplikasi Wanter ini pengetahuan, sikap, dan praktik pencegahan, juga kesadaran mereka terhadap anemia lebih meningkat lagi sehingga saat menikah ibunya sehat anaknya juga sehat,” kata Puspa. (arm)*

Share this: