Teknologi Pascapanen untuk Dongkrak Produksi Hortikultura Lokal Perlu Diperkuat

Prof. Kusumiyati, S.P., M.Agr.Sc., Ph.D. (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Prof. Kusumiyati, S.P., M.Agr.Sc., Ph.D., mengatakan seiring berjalannya waktu, budaya konsumsi pangan segar, aman, dan sehat terus mengalami peningkatan. Namun, permintaan yang terus meningkat itu tidak serta diiringi oleh meningkatnya hasil produksi hortikultura dalam negeri.

Sekitar 30%-70% hasil produksi hortikultura mengalami kerusakan, sehingga tidak sampai pada tangan konsumen.

Hal tersebut disampaikan Prof. Kusumiyati saat membacakan orasi ilmiah dalam Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar Bidang Ilmu Produksi Holtikultura di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Selasa (28/5/2024).

Prof. Kusumiyati menjelaskan bahwa teknologi pascapanen yang cerdas memang telah dikembangkan dan diaplikasikan di Indonesia. Sayangnya, teknologi tersebut hanya terakses oleh 15% produsen skala luas dan distributor skala besar karena harganya yang mahal. Sementara produsen lainnya masih mengandalkan teknologi pascapanen yang ditangani secara tradisional dan konvensional.

“Jika teknologi pascapanen hasil produksi hortikultura lokal tidak diperbaiki, maka dipastikan angka kerusakan hasil akan tetap tinggi dan impor akan terus meningkat,” kata Prof. Kusumiyati.

Prof. Kusumiyati menyampaikan, untuk menangani permasalahan tersebut, perlu dikembangkan teknologi pascapanen yang mengintegrasikan keunikan teknologi pascapanen tradisional-konvensional skala kecil dengan keunggulan teknologi pascapanen modern-cerdas skala besar.

Model teknologi pascapanen tersebut mengintegrasikan pendekatan rekayasa dan desain secara sekaligus, sehingga bukan hanya tepat, hemat, dan cerdas, tetapi juga adaptif dan terjangkau.

“Harapannya, ketimpangan aplikasi teknologi pascapanen antar kelompok pascapanen dapat dikurangi, sehingga 85% hasil produksi hortikultura akan terjaga kualitas, termasuk kesegarannya. Secara spesifik, kehilangan hasil dapat ditekan hingga 15%,” ujar Prof. Kusumiyati.

Dalam pemaparannya, Prof. Kusumiyati juga menyampaikan temuan baru atau novelty teknologi pascapanen tersebut menawarkan aplikasi inovasi ramah lingkungan berdaur melingkar serta 85% hasil produksi hortikultura yang dapat terjaga kesegarannya.

Tidak hanya itu, keunggulan teknologi pascapanen cerdas-modern diintegrasikan dengan keunikan dan kekhasan, teknologi pascapanen tradisional-konvensional, serta desain yang adaptif terhadap perubahan iklim.

Novelty yang ditawarkan tersebut ditujukkan untuk menjaga kualitas kesegaran kualitas hasil produksi hortikultura lebih lama dengan cara membangun keseimbangan dan umpan balik nilai-nilai keberlanjutan kepada produsen, distributor, konsumen, industri pengolahan hasil produksi hortikultura,” jelas Prof. Kusumiyati.

Prof. Kusumiyati mengatakan temuan baru yang menawarkan inovasi baru dalam teknologi pascapanen hasil produksi hortikultura yang berparadigma hijau, adaptif dengan SDGs, dan mitigasi perubahan iklim tersebut hanya akan terwujud jika pendekatan desain dan rekayasa pascapanen dapat diintegrasikan secara tepat, hemat, dan cerdas.

Prof. Kusumiyati menyampaikan teknologi pascapanen yang terintegrasi tersebut bertujuan untuk mengendalikan kualitas hasil panen pada seluruh proses produksi, distribusi, hingga konsumen. Hal itu dapat terwujud apabila semua pelaku menerapkan desain dan rekayasa yang seimbang agar hasil panen masih dapat terus bermetabolisme.

“Dapat ditegaskan bidang kajian pascapanen dari ilmu hasil produksi hortikultura dapat dikelompokkan menjadi desain pengendalian kualitas hasil panen secara terencana sepanjang proses produksi sampai panen berdasarkan pesanan atau by order. Kedua, rekayasa penanganan hasil panen untuk memperpanjang daya simpan atau save life dari mulai panen, distribusi, hingga konsumsi,” jelasnya. (arm)*

Share this: