Pengembangan Sumber Daya Lokal Peternakan untuk Atasi Ketergantungan Impor

Prof. Dr. Achmad Firman S.Pt., M.Si. (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Saat ini beberapa hasil produksi peternakan domestik seperti susu dan daging sapi masih belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi permintaan kebutuhan konsumen tersebut.

Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Achmad Firman S.Pt., MSi., saat membacakan orasi ilmiah “Dunia Peternakan: Dulu, Kini dan Tantangan Di Masa Depan” dalam Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Penerimaan Jabatan Guru Besar yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Selasa (28/5/2024).

Prof. Achmad menjelaskan bahwa subsektor peternakan memegang peranan yang penting terhadap perekonomian nasional. Tidak hanya berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto, subsektor peternakan juga berperan penting dalam ketahanan pangan, penyerapan tenaga kerja, investasi, serta, ekspor dan impor.

“Investasi merupakan kunci dari dalam pertumbuhan ekonomi, sebab investasi dapat menciptakan pendapatan dan dapat memperbesar kapasitas produksi perekonomian,” kata Prof. Achmad.

Ada berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh para penggerak pada subsektor peternakan di masa kini dan masa depan untuk memaksimalkan peranan tersebut, salah satunya adalah mengurangi gap ketergantungan terhadap impor.

Prof. Achmad menyampaikan perlu dilakukan pengembangan sumber daya lokal sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan komponen impor yang selama ini telah dilakukan. Tidak hanya itu, tantangan lainnya yang perlu dihadapi adalah limbah peternakan yang saat ini masih menjadi isu yang krusial tersingkirnya peternakan di suatu daerah.

“Hal ini merupakan kenyataan yang terjadi dan bahkan menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh sektor peternakan. Berbagai teknologi sudah dihasilkan untuk mengatasi limbah tersebut adalah melalui biogas, modifikasi pakan, pengomposan, dan sebagainya,” ujar Prof. Achmad.

Tantangan lainnya adalah sulitnya melakukan regenerasi peternak karena persepsi soal kesuksesan dari para orang tua yang saat ini berprofesi menjadi seorang peternak. Prof. Achmad mengatakan upaya meningkatkan generasi peternak mudah harus terus dilakukan agar semakin banyak peternak muda yang mau terjun ke sektor peternakan.

Opsi Daging Budi Daya

Dalam pemaparannya, Prof. Achmad juga mengatakan produk daging budi daya atau cultured meat yang saat ini masih dalam tahap penelitian ini akan menjadi wajah baru dalam memenuhi permintaan daging yang tinggi. Namun, apabila produk ini sudah dinyatakan aman untuk kesehatan manusia dalam jangka panjang dipastikan peternakan konvensional lambat laun akan terkikis keberadaannya.

Hal lainnya yang menjadi tantangan dalam meningkatkan kebutuhan peternakan di masa kini dan masa depan adalah dinamika geopolitik yang terus berubah secara signifikan. Prof. Achmad mengatakan

konflik antarnegara dapat menyebabkan jalur perdagangan terganggu hingga menghambat perdagangan internasional terhadap komoditas impor peternakan.

“Satu-satunya upaya adalah mengembangkan sumber daya lokal sebagai penompang pangan peternakan di masa depan,” jelasnya. (arm)*

Share this: