Menyelamatkan Kebudayaan Sunda Lewat Platform Digital

Ketua Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda Universitas Padjadjaran Prof. Ganjar Kurnia menjadi pembicara pada Seminar “Sunda Digital Pikeun Ngarojatkeun Pangajaran Basa Sunda”, Rabu (17/1/2024).

[Kanal Media Unpad] Kebudayaan Sunda memiliki banyak arsip penting dalam berbagai media. Sayangnya, banyak pula arsip tersebut yang hilang atau rusak karena termakan usia. Perlu niat dan upaya yang kuat untuk melestarikan arsip penting tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan media digital.

Universitas Padjadjaran melalui Pusat Digitalisasi dan Pengembangan Budaya Sunda (PDPBS) berkontribusi dalam pelestarian kebudayaan Sunda melalui pengumpulan berbagai arsip bersejarah dan mendigitasikannya ke dalam format digital.

Ketua PDPBS Unpad Prof. Ganjar Kurnia mencatat, ada 100 media massa berbahasa Sunda atau media yang membahas kebudayaan Sunda yang pernah terbit. Sayangnya, tidak banyak orang Sunda yang tahu atau bahkan pernah melihat rupa dari media tersebut. Minimnya arsip menjadikan banyak media yang benar-benar punah.

Selain media massa, ada pula puluhan ribu buku tentang Sunda, buku pelajaran, rekaman suara, gambar, hingga dokumen penting tentang Sunda sejak masa kolonial. Sebagian ada tersimpan di museum, perpustakaan, ataupun jadi koleksi pribadi. Namun, banyak pula yang kondisinya hancur termakan usia atau bahkan hilang sama sekali.

“Ini merupakan (salah satu) kekayaan Sunda yang zaman sekarang sudah mulai berkurang terus,” kata Prof. Ganjar saat menjadi pembicara pada Seminar “Sunda Digital Pikeun Ngarojatkeun Pangajaran Basa Sunda” yang digelar PDPBS Unpad secara daring, Rabu (17/1/2024).

Prof. Ganjar menjelaskan, berkurangnya arsip-arsip, tradisi, hingga kesenian Sunda akibat perkembangan zaman sangat disayangkan. Perlu upaya kuat agar hilangnya arsip sejarah tersebut masih bisa meninggalkan jejak.

Memaknai bahwa kebudayaan merupakan ciri peradaban, PDPBS Unpad berupaya melindungi  kebudayaan Sunda. Hal ini juga termasuk ke dalam upaya pelindungan kebudayaan sesuai UU Pemajuan Kebudayaan. Aktivitas yang dilakukan berupa inventarisasi arsip, digitasi ke format digital, serta disimpan dalam database digital.

“Ada lebih dari 1 juta halaman sudah didigitalisasi PDPBS. Akan tetapi, bahan-bahan lainnya (diyakini) masih banyak,” imbuh Prof. Ganjar.

Setelah digitasi dilakukan, PDPBS Unpad juga melakukan pengembangan berupa kajian riset dan penyediaan materi untuk pembinaan dan pengajaran bahasa Sunda dalam bentuk digital.

“Jadi setelah dikumpulkan, bahan-bahannya dikembalikan lagi ke masyarakat  untuk dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian dan pengajaran untuk siswa sekolah,” ucapnya.

Sundadigi

Salah satu media yang telah dikembangkan PDPBS Unpad adalah aplikasi Sundadigi. Aplikasi berbasis website dan seluler di platform Android tersebut hadir sebagai upaya penyelamatan dan pendokumentasian budaya Sunda ke dalam bentuk digital yang mudah diakses masyarakat.

Aplikasi ini juga menjadi platform rujukan untuk bahasa dan budaya Sunda yang dikemas interaktif, lengkap, dan mudah diakses semua kalangan.

Prof. Ganjar memaparkan, aplikasi Sundadigi memiliki berbagai fitur. Fitur yang ditawarkan antara lain tanya pekerjaan rumah (PR), pelajaran bahasa, tata bahasa praktis, mengenal tokoh, bacaan, fiksimini, majalah, kursus budaya, peperenian, kamus Sunda, kamus medis, tubuh kita, aksara Sunda, dan penerjemah.

Selain itu, ada pula fitur premium berbayar untuk mengakses berbagai konten tanpa batas. Diakui Prof. Ganjar, pengembangan aplikasi Sundadigi masih belum optimal. Namun, aplikasi ini menjadi satu-satunya platform digital yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk mengakses dan mempelajari bahasa maupun beragam kekayaan budaya Sunda. Sejak diluncurkan pada September 2023 lalu, aplikasi ini sudah dikunjungi oleh 32.000 pengunjung.*

Share this: