Ini Tantangan Pengembangan Riset Antikanker dari Tanaman Obat

Prof. Dr. apt. Eli Hamizah, M.Si. (Foto: Dadan Triawan)*

Laporan oleh Anggi Kusuma Putri

[Kanal Media Unpad] Guru besar bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Prof. Dr. apt. Eli Hamizah, M.Si., mengatakan bahwa kanker hingga saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan di seluruh dunia. Tidak hanya itu, penggunaan antikanker konvensional juga masih menimbulkan masalah karena dapat menyebabkan berbagai efek samping yang tidak diharapkan.

“Hal ini disebabkan karena efek samping selain merusak sel kanker, juga menyerang sel tubuh yang normal. Selain itu, sel kanker secara umum memiliki tingkat pembelahan yang lebih cepat dibandingkan sel normal, sehingga pada penggunaan lama dapat menimbulkan resistensi obat,” kata Prof. Eli.

Hal tersebut disampaikan Prof. Eli dalam Orasi Ilmiah berjudul “Potensi Tanaman Obat Indonesia Sebagai Antikanker” berkenaan dengan penerimaan jabatan guru besar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Selasa (23/1/2024).

Prof. Eli menjelaskan bahwa perkembangan obat antikanker saat ini memiliki target yang berbeda dengan obat antikanker konvensional. Target tersebut antara lain memengaruhi sinyal transduksi, siklus sel, faktor pertumbuhan, serta perbaikan DNA dan apoptosis atau mekanisme terprogram untuk menghambat pertumbuhan sel kanker.

Salah satu studi yang dilakukan Prof. Eli dan tim adalah potensi penggunaan tumbuhan sebagai antikanker. Hal ini juga menjadi salah satu penelitian yang dilakukan Prof. Eli mengenai potensi antikanker pada tanaman puspa (Schima wallichii Korth.), sablo (Acalypha wilkesiana L.) dan pacing (Costus speciosus).

“Hasil yang diperoleh dari pencarian senyawa aktif yang terdapat pada daun puspa yaitu kaemferol. Selanjutnya, diuji lebih lanjut aktivitas terhadap sel kanker prostat dan menunjukan aktivitas yang baik. Kaemferol ini mekanismenya menimbulkan kematian pada sel kanker melalui jalur apoptosis,” jelas Prof. Eli.

Tidak hanya itu, tanaman sablo yang banyak dijumpai sebagai tanaman pagar juga berpotensi menjadi antikanker. Hasil yang didapatkan dari pengujian yang dilakukan pada sel kanker payudara MCF-7 adalah ditemukan senyawa aktif antikanker berupa Beta-Sitosterol dan efek kematian sel kanker dengan mekanisme apoptosis.

Prof. Eli memaparkan bahwa pengembangan senyawa aktif antikanker dari tanaman masih menjadi sebuah tantangan. Sebab, tidak mudah untuk memperoleh senyawa aktif yang mempunyai efektivitas dan selektifitas.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu dikembangkan berbagai pemahaman mekanisme molekuler yang mendalam dan terintegrasi. Tantangan lainnya adalah diperlukan isolasi tumbuhan dalam skala besar untuk memperoleh senyawa aktif yang cukup dan diperlukan juga pengembangan teknologi di bidang farmasi.

“Dengan demikian, penelitian yang terintegrasi dan mendalam, disertai dengan peningkatan kerja sama dengan berbagai bidang ilmu, disertai dengan meningkatkan kemanfaatan dari inovasi teknologi, diharapkan akan meningkatkan kemanfaatan perolehan produk alami yang berasal dari tanaman, khususnya penemuan obat antikanker yang efektif, aman dan bermutu,” pungkasnya. (arm)*

Share this: