Pimpinan ID Food: Sumber Pangan Lokal Bisa Wujudkan Kedaulatan Pangan

Vice President Perencanaan Strategis dan Transformasi BUMN Holding Sektor Pangan PT Rajawali Nusantara Indonesia/ID Food Dipta Erlangga mengisi kuliah umum BUMN Holding Outlooks 2024 yang digelar Pusat Unggulan BUMN Center of Excellence Universitas Padjadjaran di Executive Lounge Unpad, Jalan Dipati Ukur No.35, Bandung, Selasa (14/11/2023). (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Vice President Perencanaan Strategis dan Transformasi BUMN Holding Sektor Pangan PT Rajawali Nusantara Indonesia/ID Food Dipta Erlangga mengatakan bahwa kedaulatan pangan dapat dilakukan dengan memperhatikan keunggulan negeri untuk memperkuat produksi.

“Kalau memang mau mencapai kedaulatan pangan itu memang perlu kembali ke root kita sendiri. Apa sih untuk memperkuat kemmapuan produksi kita. (Contohnya) kita kuatnya di (tanaman) lada tapi kita paksakan untuk produksi yang lain, jadi gak cocok,” ujar Dipta dalam BUMN Holding Outlooks 2024 yang digelar Pusat Unggulan BUMN Center of Excellence Universitas Padjadjaran di Executive Lounge Unpad, Jalan Dipati Ukur No.35, Bandung, Selasa (14/11/2023).

Acara tersebut dimoderatori Dekan Fakultas Teknologi Industri Pertanian Unpad Dr. Ir. Sarifah Nurjanah, M.AppSc.

Menurut Dipta, salah satu hal yang diperlukan petani adalah pemetaan lahan produksi untuk mengetahui produksi apa yang cocok di lahan tersebut. Dengan demikian, hasil produksi akan lebih optimal.

Dipta juga mengatakan pentingnya mempopulerkan kembali sumber pangan lokal. Misalnya, selain beras, masyarakat bisa mengkonsumsi sumber karbohidrat lain seperti sagu, ubi, atau singkong.

“Kita ingin mencapai kedaulatan pangan itu kita juga perlu melepaskan ketergantungan pada produk-produk impor,” tambahnya.

Selain itu, sebagai sumber protein, alih-alih daging sapi, masyarakat bisa memperbanyak konsumsi ikan karena produksi ikan Indonesia yang melimpah. Saat ini, produk perikanan Indonesia juga sudah diperkenalkan ke luar negeri, di antaranya tuna dan cumi.

“Kami juga sudah melakukan ekspor untuk sejumlah produk yang memang diminati di luar.” kata Dipta.

Dikatakan Dipta, kerja sama sektor pangan dengan perguruan tinggi perlu dilakukan untuk kolaborasi riset dalam memenuhi kebutuhan teknologi. Untuk itu, komunikasi perguruan tinggi dengan industri perlu diperkuat untuk menghasilkan penelitian yang lebih aplikatif.

“Saya rasa memang perlu komunikasi yang lebih dekat ya, lebih intens. Jadi kami sebagai perusahaan yang langsung berada di market yang mengetahui industrinya secara langsung dan memang perguruan tinggi yang menjadi pusat risetnya,” ujar Dipta.

Untuk pengembangan teknologi, Dipta mengatakan bahwa yang masih perlu penuhi adalah teknologi untuk pengolahan hasil pertanian, perikanan, dan peternakan.

Kolaborasi dengan perguruan tinggi juga diperlukan dalam mengembangkan teknologi untuk memperpanjang umur simpan hasil pertanian, terutama cabai dan bawang merah. Teknologi ini juga diperlukan sebagai upaya untuk mempertahankan kestabilan harga.

“Memang dari sisi petani ini perlu suatu teknologi untuk menyimpan hasil pertanian mereka, dengan tujuan agar ketika panen raya itu terjadi harganya itu enggak langsung jatuh tapi mereka punya kemampuan untuk menyimpan dan ketika harganya mulai stabil baru dilakukan penjualan lagi,” kata Dipta.

Pada kesempatan tersebut Dipta menjelaskan, ID Food hadir untuk mendukung pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Ada tiga objektif utama yang perlu dilakukan ID Food sebagai holding pangan, yaitu mendukung ketahanan pangan dengan indikator ketersediaan mutu, keterjangkauan, dan kesinambungan; meningkatkan inklusivitas dengan meningkatkan kesejahteraan petani peternak, dan nelayan; serta menjadi perusahaan berkelas dunia.

Sebagai holding sektor pangan, ID Food memiliki bisnis yang luas di rantai pangan, mulai dari produksi, proses, hingga sampai ke konsumen.

“ID Food ini satu-satunya perusahaan di Indonesia yang eksistensinya pada value chan pangan itu betul-betul end to end,” ujar Dipta. (arm)*

Share this: