Pakar Unpad: Disrupsi Digital Bawa Perubahan Industri Keuangan

Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Suryanto, S.E., M.Si., menjadi pembicara pada diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu (Sajabi) yang digelar Dewan Profesor Unpad secara daring, Sabtu (15/7/2023).*

[Kanal Media Unpad] Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Suryanto, S.E., M.Si., mengatakan bahwa disrupsi digital di industri keuangan sangat terlihat pada lembaga keuangan bank. Dengan kemajuan teknologi, konsumen atau nasabah bank dapat memperoleh berbagai kemudahan.

“Industri keuangan sebenarnya banyak yang berkaitan, ada lembaga keuangan bank dan non-bank, tapi yang sangat terlihat kena disrupsi ini adalah lembaga keuangan bank,” ujar Prof. Suryanto dalam Satu Jam Berbincang Ilmu (Sajabi) yang digelar Dewan Profesor Unpad secara daring, Sabtu (15/7/2023).

Dikatakan guru besar yang mendalami industri keuangan ini, disrupsi digital sangat berdampak pada dunia perbankan, mengingat pelanggan atau nasabah biasanya membutuhkan adanya layanan yang semakin mudah atau praktis dengan dukungan teknologi.

Lebih lanjut Prof. Suryanto mengatakan, adanya disrupsi digital saat ini membuat kunjungan konsumen ke kantor bank semakin berkurang. Data OJK menunjukkan adanya penurunan kantor cabang dari tahun 2018 sebanyak 31.609 menjadi 25.568 pada Juli 2022.

“Kita juga memperhatikan beberapa mesin ATM yang dulu menjadi salah satu ikon bahwa bank yang memiliki ATM terbanyak itu salah satu indikasi bahwa bank tersebut bank besar, ternyata sekarang justru mesin-mesin ATM yang dulu banyak sekarang sudah mulai dari cabut ini akibat dari adanya disrupsi,” imbuh Prof. Suryanto.

Selain membawa perubahan ekspektasi konsumen, dampak adanya disrupsi juga terlihat dari peningkatan kualitas produk dan layanan menggunakan data. Selain itu, muncul kemitraan baru dengan financial technology dan sejumlah perusahaan teknologi, serta ada perubahan model bisnis dari konvensional menjadi digital.

Lebih lanjut Prof. Suryanto menyebutkan ada beberapa faktor pendorong dan tantangan yang dihadapi perbankan dalam melakukan transformasi digital. Beberapa faktor pendukung yaitu adanya bonus demografi dimana saat ini banyak masyarakat yang berada di usia produktif dan akan mendukung ekosistem transformasi digital perbankan.

Selain itu, juga adanya potensi ekonomi dan keuangan digital yang sedang bertumbuh pesat. Peningkatan penetrasi internet di masyarakat dan potensi peningkatan konsumen juga menjadi faktor pendukung lain transformasi digital di perbankan.

Sementara itu, tantangan yang dihadapi oleh perbankan dalam melakukan transformasi digital adalah kemungkinan data yang diretas.

“Risiko dari konsumen juga risiko bagi perbankan sendiri mungkin ada aplikasi bank yang bisa diretas itu juga tantangan bagi perbankan, sehingga mereka harus hati-hati, harus betul-betul dalam melakukan transformasi ini, harus jadi perhatian yang serius,” ujarnya. (arm)*

Share this: