Pahami Cara Menangani Daging Agar Tidak Mudah Rusak

Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Dr. Ir. Lilis Suryaningsih, M.Si., menjadi pembicara pada acara knowledge sharing Dharma Wanita Persatuan Universitas Padjadjaran bertema “Penanganan Daging yang Sehat dan Layak Dikonsumsi” di Ruang Serba Guna Gedung 2 Lantai 4, Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35 Bandung, Selasa (11/7/2023). (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Dosen Fakultas Peternakan Unpad Dr. Ir. Lilis Suryaningsih, M.Si mengatakan bahwa daging merupakan bahan makanan yang mudah rusak dan berpotensi berbahaya jika tidak ditangani dengan tepat. Untuk itu, masyarakat perlu mengetahui bagaimana memilih dan menangani daging yang benar hingga layak untuk dikonsumsi.

Hal tersebut disampaikan Lilis dalam acara knowledge sharing Dharma Wanita Persatuan Universitas Padjadjaran bertema “Penanganan Daging yang Sehat dan Layak Dikonsumsi”. Acara diselenggarakan di Ruang Serba Guna Gedung 2 Lantai 4, Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35 Bandung, Selasa (11/7/2023).

Pada kesempatan tersebut, Lilis menyampaikan bahwa salah satu hal yang perlu diwaspadai dalam penanganan daging adalah tumbuhnya bakteri. Di rumah, penting memperhatikan kebersihan daging dan alat masak sehingga tidak tercemar bakteri.

“Makanya suka ada kasus-kasus keracunan pangan. Itu mungkin dagingnya bagus, asal hewannya bagus, Cuma pada saat masaknya kurang bagus jadi tercemar oleh bakteri,” ujar Lilis.

Sebelum membeli, masyarakat perlu mencari tahu mana tempat yang menangani daging dengan baik. Bukan hanya berasal dari hewan yang sehat dan metode penyembelihan yang benar, tetapi juga penanganan yang baik pasca penyembelihan.

“Kalau membeli daging itu memang yang harus tahu tempat asal muasalnya,” ujar Lilis.

Dikatakan Lilis, penanganan daging setelah penyembelihan yang kadang tidak diperhatikan adalah adanya pelayuan karkas, yaitu dengan menggantungkan karkas selama waktu tertentu di dalam ruangan dengan temperature di atas titik beku karkas (-1,5°C).

Lilis menjelaskan bahwa pelayuan diperlukan agar proses pembentukan asam laktat dapat berlangsung sempurna sehingga terjadi penurunan pH daging. Nilai pH rendah dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga proses pembusukan dihambat. Proses pelayuan juga untuk memperoleh keempukan optimal.

Selanjutnya, mempertahankan kualitas daging juga perlu diperhatikan soal penyimpanannya. Penyimpanan daging penting dilakukan pada temperatur rendah, atau melalui pendinginan.

Menurut Lilis, jika tidak akan langsung dikonsumsi, pembekuan merupakan cara sempurna untuk mengawetkan daging. Pembekuan dapat mempertahankan kualitas dan sifat-sifat organoleptic, termasuk nilai gizinya dalam jangka waktu tertentu.

Masyarakat juga perlu mengetahui cara pencairan kembali daging yang sudah beku, yaitu bukan dengan merendam daging di air. Cara yang baik yaitu dengan memindahkan terlebih dahulu ke chiller. Daging yang sudah cair pun jangan dibekukan kembali.

Lilis juga mengingatkan masyarakat yang ingin membeli daging untuk melakukannya di akhir proses belanja, atau saat hendak pulang ke rumah. Dengan demikian, suhu dan kualitas daging tetap terjaga.

“Kalau belanja, beli daging harus paling terakhir pada saat kita mau pulang,” ujar Lilis.

Acara knowledge sharing tersebut dibuka oleh sambutan Ketua DWP Fakultas Peternakan Unpad Nurrisky Murdjani dan Wakil Ketua DWP Unpad Ani Hendarmawan. (arm)*

Share this: