Teater Djati Unpad Sukses Pentaskan Adaptasi Lakon “Mega-Mega”

Salah satu adegan dalam pementasan adaptasi lakon "Mega-Mega' karya Arifin C. Noer oleh Teater Djati Unpad.*

Laporan oleh Anggi Kusuma Putri

[Kanal Media Unpad] Teater Djati yang merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran menyelenggarakan pentas adaptasi naskah drama “Mega-Mega” karya Arifin C. Noer di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang FIB Unpad, Jatinangor, Sabtu (27/5/2023).

Sutradara pementasan Mega-Mega Teater Djati Rizia Rabbani menjelaskan bahwa naskah drama karya Arifin C. Noer ini merupakan suatu bentuk kritik pada program transmigasi yang dibuat pemerintah pada tahun 1966 di Yogyakarta. Namun, Teater Djati dalam pementasan drama ini tidak membawakannya berdasarkan aspek historis tersebut.

Adaptasi naskah drama Mega-Mega yang diperankan oleh Teater Djati menceritakan sosok Ma’e yang merupakan orang pinggiran di Kota Yogyakarta. Ma’e memiliki 5 orang anak angkat yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri.

Pada suatu malam 1 Suro yang dikenal dengan malam penuh berkah, Ma’e ditinggalkan oleh anak angkatnya satu-persatu karena konflik yang dialaminya. Ada anaknya yang memutuskan untuk pergi merantau, dikejar-kejar orang, serta meninggalkan Ma’e karena merasa jengkel,

“Yang ingin kita angkat eksistensialismenya adalah ketika seseorang merasakan dia punya sesuatu padahal tidak punya, dia merasa kehilangan padahal dia tidak pernah punya hal itu sebelumnya. Jadi itu yang berusaha kita angkat dalam pementasan,” kata Rizkia.

Selanjutnya, Rizkia menjelaskan bahwa pementasan ini melibatkan 38 orang anggota Teater Djati yang terdiri dari mahasiswa Sastra Indonesia Unpad angkatan 2020, 2021, dan 2022. Tidak hanya itu, persiapan untuk pementasan ini juga dibantu oleh alumni Teater Djati.

Rizkia juga menyampaikan bahwa proses persiapan untuk pementasan Mega-Mega ini sudah dimulai sejak bulan Desember 2022. Dimulai dari proses pemilihan naskah sekaligus memilih sutradara. dilanjutkan dengan bedah naskah yang dilakukan bersama dengan proses casting dan reading secara intens pada bulan Januari 2023.

“Setelah itu proses penggambaran adegan dan dilanjutkan dengan detailing setiap laku aktor di atas panggung itu seperti apa lalu kita masuk ke tahap running. Di sela-sela itu juga ada persiapan untuk lampu dan musik, juga menyesuaikan kondisi naskah dengan mood dan suasana. Mulai dari bulan Mei juga kita menjual tiket. Setelah itu tinggal pementasan saja,” jelas Rizkia.

Tidak hanya itu, Rizkia juga menyampaikan harapannya agar setelah pementasan Teater Djati ini dapat membangkitkan kembali teater-teater lain khususnya yang ada di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Unpad.

“Harapan kita bukan untuk Djati saja, tetapi untuk sirkulasi teater yang ada di FIB dapat naik lagi. Karena selama 2-3 tahun ini teater agak sulit untuk bergerak. Berharapnya dengan pementasan kemarin dan ke depannya makin memantik teater-teater yang lain,” ujarnya. (art)*

Share this: