Selain Diinventarisasi, Keberadaan Naskah Sunda Perlu Ditelusuri untuk Kepentingan Riset

naskah sunda
Filolog University of Hamburg Dr. Dick van der Meij menyampaikan kuliah umum “Naskah Sunda dan Ilmu Pengetahuan: Apa yang Bisa Ditelusuri dan Kepentingannya” yang digelar Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang FIB Unpad, Jatinangor, 24 Februari 2023 lalu. (Foto: Humas FIB)*

[Kanal Media Unpad] Filolog University of Hamburg Dr. Dick van der Meij memperkirakan jumlah naskah Sunda dapat mencapai puluhan ribu. Sayangnya, keberadaan naskah tersebut belum terdokumentasi dengan baik. Beberapa di antaranya masih dimiliki oleh perorangan.

“Penelusuran lebih lanjut perlu dilakukan sebab banyak sekali unsur budaya yang bisa digali dan diteliti,” ungkap Dick saat menyampaikan kuliah umum “Naskah Sunda dan Ilmu Pengetahuan: Apa yang Bisa Ditelusuri dan Kepentingannya” yang digelar Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang FIB Unpad, Jatinangor, 24 Februari 2023 lalu.

Dikutip dari laman FIB Unpad, Dick menyampaikan, pengetahuan umum terkait naskah dan isinya perlu ditingkatkan agar khazanah pernaskahan Nusantara tetap lestari dan bermanfaat. Hal ini menjadi kesempatan bagi mahasiswa Prodi Sastra Sunda untuk mengkaji naskah kuno, khususnya naskah Sunda. 

Ini dimungkinkan karena mahasiswa sudah dibekali pengetahuan mengenai aksara Sunda. “Hal tersebut dapat dijadikan modal untuk menelusuri apa saja yang terkandung dalam naskah, terutama naskah Sunda,” ujar Dick.

Untuk melakukan kajian terhadap naskah kuno, Dick  menyarankan agar jangan terlalu fokus pada kajian kandungan teks. Ini disebabkan, banyak detail kecil naskah seperti penulisan judul, ornamen-ornamen, catatan pinggir, kolofon, dan lain sebagainya acapkali tidak terlalu diperhatikan. 

Detail kecil tersebut sebenarnya bisa diteliti dan ditelusuri lebih lanjut untuk membuka peluang diketahuinya ilmu pengetahuan yang baru. Menurut Dick, detail kecil dalam naskah memegang penting dalam menentukan keaslian dari naskah tersebut.

“Dengan adanya perbedaan penulisan tiap naskah membuka peluang untuk melakukan riset mengenai tulisan-tulisan yang berbeda antara naskah yang satu dengan naskah lainnya,” imbuhnya.

Lebih lanjut Dick menyebut, naskah yang beredar di luar negeri terkadang tidak mencerminkan kehidupan sebenarnya yang ada di masyarakat. Ada kemungkinan naskah tersebut dibuat untuk maksud tertentu, bukan hasil dari kebudayaan alami. Naskah yang beredar atas permintaan atau tujuan tertentu menurut Dick tidak terlalu penting didokumentasikan karena mengurangi esensi keberadaan naskah yang sebenarnya.

Untuk itu, upaya inventarisasi dan digitalisasi naskah sangat penting dilakukan. Ada kemungkinkan keberadaan naskah Sunda bisa hilang begitu saja jika tidak segera diselamatkan. (rilis)*

Share this: