Dosen Unpad Berikan Tips Seimbangkan Kuliah dan Keluarga bagi Mahasiswa Pascasarjana

psikologi unpad
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Dr. Fitri Ariyanti Abidin, M.Psi, menjadi pembicara seminar mengenai Family-Study Balance yang digelar sebagai bagian dari kegiatan Orientasi Mahasiswa Baru Program Pascasarjana Gelombang II di Bale Rumawat, Unpad, Bandung, Kamis (16/2/2023). (Foto: Anggi Kusuma Putri)*

Laporan oleh Anggi Kusuma Putri

[Kanal Media Unpad] Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Dr. Fitri Ariyanti Abidin, M.Psi, menjelaskan pentingnya menjaga keseimbangan peran mahasiswa Pascasarjana bagi yang sudah berkeluarga.

Hal ini disampaikan pada seminar mengenai Family-Study Balance yang digelar sebagai bagian dari kegiatan Orientasi Mahasiswa Baru Program Pascasarjana Gelombang II di Bale Rumawat, Unpad, Bandung, Kamis (16/2/2023).

Fitri menyampaikan bahwa identitas diri sebagai mahasiswa dan keluarga tidak bisa dipisahkan begitu saja. Dalam kultur masyarakat Indonesia, pencapaian diri sejak dini tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk keluarga. Jika harus meninggalkan keluarga karena memilih pekerjaan atau pendidikan, perasaan bahagia yang didapat biasanya akan berkurang.

“Ketika kita memutuskan bahwa saya adalah seorang suami, seorang istri, seorang ibu, seorang ayah yang memutuskan untuk sekolah lagi, maka harus sudah siap untuk mengelola semuanya,” ujar Fitri.

Dalam seminar ini Fitri memberikan tips kepada para mahasiswa Pascasarjana untuk meningkatkan Family-Study Balance. Menurutnya ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa yang berkeluarga untuk meningkatkan keseimbangan antara pendidikan dan keluarga.

Pertama adalah mempersiapkan “SMART Planning” atau Specific, Measurable, Attainable, Relevant, Timely planning. Perencanaan ini harus dibuat bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi dibuat bersama keluarga.

“Kalau kita tidak merencanakannya dengan baik, percayalah kita merencanakan untuk gagal,” ujarnya.

Lebih lanjut Fitri mengatakan bahwa semua hal perlu dikomunikasikan pada keluarga, terutama kepada anak-anak. Ini dilakukan karena mereka akan mengalami banyak perubahan ketika orang tuanya melanjutkan pendidikan.

Ia mengatakan bahwa mengomunikasikan rencana pendidikan kepada anak akan menanamkan nilai pentingnya belajar. Selanjutnya, orang tua bisa menjelaskan secara konkret hal-hal yang akan mereka terima apabisa orang tua melanjutkan pendidikan.

Tips selanjutnya adalah fleksibel. Menurutnya, dalam kehidupan manusia, win-win solution itu hampir tidak ada pada situasi apa pun. Manusia hanya bisa memilih hal yang konsekuesinya paling bisa ditoleransi oleh diri kita sendiri.

Untuk mewujudkan hal ini, mahasiswa dapat menyusun prioritas berdasarkan hal yang paling berharga dalam hidupnya. Hal ini menjadi salah satu aktivitas yang bermanfaat untuk melepaskan stres.

Dijelaskan Fitri, ketidakjelasan yang terjadi dalam hidup juga menjadi salah satu penyebab stres. Namun, hal yang perlu dipahami adalah ketidakpastian itu akan selalu menjadi bagian dari perjalanan hidup. Salah satu hal yang sering terlupakan adalah bahwa keluarga juga bisa menjadi pengalih yang menyenangkan ketika menghadapi masa sulit.

Hal terakhir yang dapat meningkatkan Family-Study Balance adalah social support. Banyak di antara kita yang merasa kalau meminta bantuan itu artinya lemah. Namun, kekuatan itu hadir ketika kita mampu mengakui diri kita juga membutuhkan orang lain.

Fitri juga menyampaikan bahwa kesehatan mental menjadi isu yang banyak ditemukan pada mahasiswa Pascasarjana. Ketika banyak perubahan negatif dalam diri seperti emosi yang mudah meledak, itu bisa menjadi tanda kita sudah membutuhkan bantuan profesional.

“Biasanya yang muncul itu judgement-judgement negatif tentang diri kita, self judgement itu jangan sampai dibiarkan,” ujarnya. (art)*

Share this: