Guru Besar Unpad Kembangkan Model Perawatan Holistik untuk ODHIV

Guru Besar Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Prof. Kusman Ibrahim, M.NS., PhD, membacakan orasi ilmiah pada Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Jabatan Guru Besar yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata, Jumat (18/11/2022). (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Guru Besar Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Prof. Kusman Ibrahim, M.NS., PhD, mengatakan, diperlukan optimalisasi tenaga perawat dalam penanggulangan HIV di Indonesia. Ini merupakan bagian dari upaya tercapainya target SDGs 2030.

“Optimalisasi tenaga keperawatan bisa menjadi kata kunci dan langkah strategis,” kata Prof. Kusman saat membacakan orasi ilmiah berkenaan dengan penerimaan jabatan guru besar dalam Bidang Keperawatan di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Bandung, Jumat (18/11/2022).

Pada kesempatan tersebut, Prof. Kusman mebacakan orasi ilmiah berjudul “Optimalisasi Tenaga Keperawatan dalam Mengakhiri Pandemik HIV di Indonesia Sebagai Upaya Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan”

Menurut Prof. Kusman, salam konteks pelayanan HIV, setidaknya ada beberapa alasan mengapa perawat bisa menjadi posisi sentral dalam upaya penanggulangan wabah ini.

Alasan tersebut yaitu: perawat dilatih untuk selalu menyadari determinan sosial kesehatan yang mempengaruhi seseorang berisiko terinfeksi HIV; perawat tersebar di seluruh tingkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier, bahkan sampai ke pelosok; perawat sudah terbiasa praktik interdisiplin dan berkolaborasi dengan berbagai anggota team kesehatan lain.

Dari pengamatan dan penelitian selama bertahun-tahun, Prof. Kusman mengembangkan “Model Perawatan Holistik Komprehensif Berkelanjutan bagi Orang dengan HIV (PHKB-HIV)”.  Dalam model ini, pasien HIV/AIDS dipandang sebagai makhluk bio-psiko-sosial-kultural-spiritual yang merupakan satu kesatuan yang utuh (holistik).

Prof. Kusman menjelaskan, seseorang terinfeksi HIV pada mulanya ia merupakan bagian dari populasi sehat, kemudian menjadi kelompok risiko, terinfeksi, dan masuk ke fase perjalanan penyakit dari mulai asimptomatik, simptomatik, AIDS, dan kematian.

Selama proses tersebut, pasien akan berinteraksi dengan lingkungan sekitar baik keluarga, masyarakat, dan layanan kesehatan.

“Perawat dapat berperan dalam mengedukasi tindakan-tindakan pencegahan pada populasi sehat dan populasi berisiko, memfasilitasi tes dan pengobatan bagi yang terinfeksi, memberikan perawatan dan dukungan untuk yang terinfeksi dan terdampak, dan pemberdayaan bagi ODHIV dan orang-orang disekitarnya,” terang Prof. Kusman.

Lebih lanjut Prof Kusman menjelaskan bahwa layanan yang diberikan perawat bersifat holistik, komprehensif, dan berkelanjutan. Layanan ini meliputi seluruh rentang proses sehat dan sakit, serta lintas tempat layanan dari rumah, masyarakat, dan sarana pelayanan kesehatan.

“Untuk memberikan pelayanan seperti itu diperlukan kompetensi yang mumpuni dari seorang perawat, dan ini dibangun dari sejak awal masa pendidikan melalui penyiapan kurikulum dan proses pembelajaran yang baik, terstandar, dan terukur,” ujar Prof. Kusman.

Menurutnya, kompetensi yang perlu dimiliki oleh perawat HIV/AIDS diantaranya adalah  kepemimpinan, perawatan holistik, koordinasi pelayanan, peka budaya, fleksibilitas fungsional, fleksibilitas lokasi, advokasi, dan spiritualitas.

Di sisi lain, pasien, keluarga, dan masyarakat juga perlu didorong untuk berperan aktif dan berdaya untuk memperjuangkan hidup sehat dan sejahtera.  “Ujung dari implementasi model ini adalah dihasilkannya luaran bagi pasien berupa status kesehatan dan kualitas hidup pasien yang lebih baik,” ungkap Prof. Kusman. (arm)*

Share this: