Faperta Unpad Kembangkan Kebun Buah Berbasis Riset

Rektor Universitas Padjadjaran memetik buah jeruk siap panen dari kebun buah yang dikembangkan dosen Fakultas Pertanian Unpad di lahan penelitian Ciparanje, Kampus Jatinangor, Kamis (11/8/2022). (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran mengembangkan kebun buah-buahan yang berlokasi di lahan penelitian Ciparanje, Kampus Jatinangor. Di kebun dengan luas sekira 2 hektar tersebut ditanami beragam jenis buah-buahan, mulai dari jeruk, kesemek, jambu deli madu, dan lain-lain.

Pengembangan kebun buah tersebut dimotori sejumlah dosen Faperta, di antaranya Dr. Ir. Danar Dono, M.Si., Yusup Hidayat, M.Phil., PhD, dan Dr. Rahmat Budiarto, M.Si., sejak tiga tahun lalu. Tidak sekadar sebagai lokasi budi daya, kebun tersebut merupakan wahana untuk melakukan riset dan praktikum mahasiswa.

Danar menjelaskan, pengembangan kebun buah-buahan tersebut dilakukan untuk memanfaatkan sejumlah lahan Unpad sehingga menjadi optimal dan bermanfaat bagi kesejahteraan warga Unpad.

“Kita lihat banyak lahan Unpad yang belum digunakan optimal. Di sisi lain, kita berupaya mendukung riset dan pembelajaran untuk praktikum mahasiswa, karena selama ini kita sempat praktikum ke tempat lain,” jelasnya.

Dari inisiasi tersebut, Danar dan peneliti dari Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Faperta Unpad kemudian menanam aneka bibit buah-buahan. Dua jenis bibit buah yang ditanam adalah jeruk siam dan jeruk dekopon.

Lebih lanjut Yusup menjelaskan, pemilihan buah jeruk sebagai salah satu komoditas yang ditanam di kebun tersebut didasarkan atas hasil observasi lapangan yang dilakukannya. Sebelumnya, Yusup dan kelompok KKN-PPM Integratif Unpad bersama sejumlah petani melakukan kunjungan ke petani jeruk di Karangpawitan, Garut.

Melihat upaya petani Garut yang berhasil membudidayakan jeruk siam dan dekopon kemudian mendorong Yusup untuk menanam bibit serupa di kampus Unpad. Hal ini didasarkan adanya kesamaan karakteristik geografis antara lahan di Garut dengan lahan di kampus  Jatinangor.

“Secara geografis, ketinggian di Garut hampir sama dengan Jatinangor. Kita coba di sini, hasilnya di luar ekspektasi kita. Jeruk yang dihasilkan bagus, rasanya manis, sehingga memang layak dikonsumsi,” tutur Yusup.

Diar menambahkan, pemilihan jeruk siam sebagai komoditas yang dibudidayakan dipandang tepat. Menurutnya, jeruk siam merupakan komoditas yang dapat beradaptasi dengan kondisi lahan, paling mudah dipasarkan di Indonesia, memiliki rasa yang manis, dan memiliki umur produksi yang cepat.

“Jeruk siam bisa panen pertama sekitar dua tahun. Berbeda dengan jeruk keprok yang memerlukan waktu panen pertama kali hingga 4- 5 tahun,” kata dosen yang meneliti tentang jeruk tersebut.

Berbasis Riset

Danar menjelaskan, perbedaan utama pengembangan kebun buah di Unpad adalah berbasis riset. Kebun tersebut menerapkan teknologi pengendalian hama yang ramah lingkungan, tidak menggunakan pestisida konvensional yang mengandung bahan sintetik.

“Teknologi yang kita gunakan menggunakan pupuk alam dan pestisida alami,” kata Danar.

Dalam hal ini, Danar dan tim telah menciptakan produk pestisida alami “Neemoil”. Produk ini dikembangkan dari bahan tumbuhan mimba yang diekstraksi dengan teknologi sederhana. Produk ini diterapkan sebagai pestisida alami di kebun buah tersebut. Produk ini mampu mengusir hama tanpa menggunakan bahan kimia.

“Kita menghindari sintetis, tanaman tidak diperlakukan dengan menggunakan pestisida sintetis, jadi lebih ramah lingkungan,” kata Danar.

Diar menambahkan, kebun buah jeruk yang dikembangkan Faperta juga menggunakan bibit yang benar. Ia menjelaskan, bibit jeruk yang baik harus dari proses okulasi, bukan dari biji secara langsung. Okulasi tersebut menggunakan batang atas dari jeruk siam, sedangkan bawahnya menggunakan batang jeruk asam.

Meskipun batang bawah menggunakan jeruk asam yang tidak enak dikonsumsi, jenis tanaman ini tahan akan serangan hama dan tanah rebah. Batang ini kemudian diokulasi dengan bibit jeruk siam. Proses okulasi ini dapat menghasilkan buah dalam waktu yang cepat.

“Kalau tanamnya biji akan lebih lambat berbunganya,” ujar Diar.

Kembangkan Menjadi Agrowisata

Dalam waktu dua tahun, kebun jeruk tersebut mampu menghasilkan buah jeruk berkualitas baik dan sudah masuk dalam kategori tanaman menghasilkan. Proses panen jeruk tersebut dilakukan langsung Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti bersama para pimpinan universitas, Dekan Faperta Dr. Meddy Rachmadi, Ir., M.S., serta sejumlah dosen di lingkungan Faperta, Kamis (11/8/2022).

Meddy mengatakan, ke depan kawasan ini akan dijadikan sebagai wahana koleksi dan konservasi dari berbagai jenis komoditas buah-buahan. Saat ini, pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan berbagai mitra untuk melakukan budi daya tanaman buah lainnya.

Dalam kesempatan tersebut, Rektor mengapresiasi upaya Faperta Unpad yang mengembangkan kebun buah-buahan di lahan tersebut. Ke depan, wahana budi daya ini bisa dikembangkan menjadi kawasan agrowisata buah-buahan.

Rektor menjelaskan, kawasan agrowisata tersebut tidak hanya menjadi wahana petik buah oleh wisatawan. Akan tetapi, kawasan tersebut dikembangkan menjadi sentra benih buah-buahan yang berkualitas dan berbasis riset.

“Jadi kawasan ini bukan hanya sebagai tempat makan buah, tetapi menjadi sentra benih yang menjanjikan. Pasar benih buah yang tidak tinggi pohonnya, cepat berbuah, dan cantik buahnya,” kata Rektor.

Karena itu, Rektor mendorong Faperta untuk mengembangkan berbagai jenis benih yang bisa dibeli wisatawan untuk kemudian ditanam di rumah. “Ini cukup menjanjikan, kita optimistis Unpad bisa punya branding dalam buah-buahan,” imbuhnya.*

Share this: