Penanganan Luka yang Salah akan Rentan Terinfeksi dan Sulit Sembuh

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Yoyos Dias Ismiarto, dr., Sp.OT(K), M.Kes., CCD, membacakan orasi ilmiah berjudul “Multimodal Penanganan Luka Terinfeksi pada Pasien Orthopaedi dan Traumatologi” pada upacara pengukuhan Guru Besar bidang Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Kamis (31/3/2022). (Foto: Dadan Triawan)*

[Kanal Media Unpad] Penanganan luka pada tubuh sering dianggap hal yang mudah. Padahal, penanganan yang salah dapat menyebabkan luka rentan terinfeksi dan menjadi sukar sembuh. Perawatan yang benar akan mengawali proses penyembuhan luka menjadi optimal.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Yoyos Dias Ismiarto, dr., Sp.OT(K), M.Kes., CCD, menjelaskan, perawatan luka yang kompleks memerlukan penanganan menyeluruh dan efektif secara multimodal, yaitu dengan debridema, pemberian antibiotik sesuai kultur bakteri, serta penanganan penyakit penyertanya.

“Setelah dilakukan preparasi dengan baik, penutupan luka dapat dilakukan,” ujar Prof. Yoyos saat membacakan orasi ilmiah berjudul “Multimodal Penanganan Luka Terinfeksi pada Pasien Orthopaedi dan Traumatologi” pada upacara pengukuhan Guru Besar bidang Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Kamis (31/3/2022).

Prof. Yoyos menjelaskan, jika luka terbuka terinfeksi akan sulit untuk diatasi meskipun telah dilakukan debridema dan pemberian antibiotik sistemik. Hal ini berkaitan dengan luasnya kerusakan jaringan dan adanya resistensi kuman terhadap antibiotik yang diberikan.

Untuk itu, penanganan luka diperlukan pendekatan secara multimodal, sehingga didapatkan proses penyembuhan luka lebih cepat.

Selain tindakan debridema dan pemberian antibiotik,penyalutan (dressing) luka menggunakan perban bertujuan melindungi luka dari trauma dan infeksi, serta mampu menyembuhkan luka lebih cepat 50% karena proses ini mampu menjaga luka tetap lembap.

“Suasana lembap membuat suasana yang optimal untuk akselerasi penyembuhan dan memacu pertumbuhan jaringan,” paparnya.

Kontrol bakteri perlu dilakukan sebagai upaya mencegah terjadinya peningkatan koloni bakteri. Peningkatan koloni bakteri dapat meningkatkan jumlah cairan luka di infeksi sehingga mengganggu proses penyembuhan.

Bagi luka yang terinfeksi secara resisten, Prof. Yoyos menyarankan untuk menggunakan stimulasi listrik dengan Low Intensity Direct Current (LIDC) dan pemberian antiseptik topikal untuk mengatasi organisme yang mengontaminasi dan menginfeksi luka, sehingga proses penyembuhan luka akan menjadi lebih cepat.*

Share this: