Pakar Unpad: Pencemaran Bukan Hanya Soal Lingkungan, Tetapi Juga Sosial dan Ekonomi

Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof.
Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof. Sunardi, M.Si., PhD., (kiri) menjadi pembicara pada diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu “Sains Pencemaran Masa Depan” yang digelar Dewan Profesor Unpad secara daring Sabtu (16/4/2022).*

[Kanal Media Unpad] Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof. Sunardi, M.Si., PhD., mengatakan, butuh pendekatan komprehensif untuk mengatasi persoalan pencemaran lingkungan. Menurutnya, persoalan pencemaran tidak lagi menjadi isu lingkungan, tetapi juga menyangkut berbagai persoalan termasuk sosial dan ekonomi.

“Sains pencemaran ke depan mesti lebih komprehensif untuk memotret dampak pencemaran, dan ini harus beyond toksikologi, ini banyak membutuhkan pengetahuan yang lain , disipiln yang lain supaya kita lebih beragam, lebih komprehensif memotret kerusakan-kerusakan yang terjadi,” kata Prof. Sunardi pada diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu “Sains Pencemaran Masa Depan” yang digelar Dewan Profesor Unpad secara daring Sabtu (16/4/2022).

Prof. Sunardi mengatakan, berbagai aspek yang berelasi dengan dampak pencemaran perlu diperhatikan, seperti layanan ekosistem, tolok ukur kesehatan ekosistem, perubahan iklim, pencemaran lintas batas, kerugian ekonomi, kerusakan infrastuktur, gangguan estetika dan amenity, serta isu kesehatan.

“Itu semua harus dilihat relasinya secara detail baik empiris maupun teoritis terhadap pencemaran dan dampak-dampaknya,” ujar Prof. Sunardi.

Instrumen untuk menganalisis risiko dan kerugian pun perlu membutuhkan banyak disiplin ilmu. Dengan demikian, pemetaan dampak pencemaran akan lebih baik.

Prof. Sunardi mencontohkan, saat ini diketahui muncul penyakit mental yang berkaitan dengan pencemaran, dan ilmu toksikologi atau sains pencemaran harus mengintegrasikan instumen-instrumen yang bisa digunakan untuk melihat gangguan mental.

“Ini harus terintegrasi dengan disiplin ilmu yang lain termasuk instrumen-instrumen yang lain. Kelihatannya membutuhkan banyak disiplin ilmu sehingga kerusakan itu menjadi terpetakan dengan lebih baik. Sehingga tidak lagi underestimate apalagi menjadi sebuah eksternalitas, artinya biaya kerugian tidak dimasukan di dalam ongkos pembangunan,” ujarnya.(arm)*

Share this: