Peran Etnomatematika dan Etnoinformatika untuk Pelestarian Budaya

Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Budi Nurani Ruchjana, MS., memaparkan mengenai kajian etnomatematika pada webinar “Penerapan Etnomatematika dan Etno-informatika untuk Pelestarian Budaya di Kabupaten Sumedang serta Sosialisasi Proses Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di PTN 2022”, Jumat (4/12/2021).*

[Kanal Media Unpad]  Melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat, Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran mengenalkan penerapan etnomatematika dan etnoinformatika kepada siswa dan guru di Kabupaten Sumedang. Kegiatan ini dilakukan secara daring pada Sabtu (4/12/2021).

Webinar bertajuk “Penerapan Etnomatematika dan Etno-informatika untuk Pelestarian Budaya di Kabupaten Sumedang serta Sosialisasi Proses Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di PTN 2022” ini terselenggara atas kerja sama Pusat Studi Pemodelan dan Komputasi, Tim ALG Departemen Matematika dan Departemen Ilmu Komputer FMIPA Unpad, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang serta KCD Pendidikan Wilayah VIII Provinsi Jawa Barat.

“Harapan saya kegiatan ini dapat berkelanjutan khususnya dalam hal penerapan etnomatematika dan etnoinformatika untuk pelestarian budaya,” tutur ketua pelaksana sekaligus Kepala Pusdi Pemodelan dan Komputasi Unpad Prof. Dr. Budi Nurani Ruchjana, MS.

Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Prof. Dr. Ir. Hendarmawan, M.Sc., juga dihadiri Sekretaris Daerah Kabupaten Sumedang Herman Suryatman, Dekan FMIPA Unpad Prof. Dr. Iman Rahayu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang Drs. H. Agus Wahidin, Mpd. dan perwakilan KCD Pendidikan Wilayah VIII Jawa Barat Syarif Hidayat, M.pd.

Pemateri pada acara tersebut yaitu Guru Besar FMIPA Unpad Prof. Dr. Budi Nurani Ruchjana, MS dan Prof. Dr. Atje Setiawan Abdullah, MS, M.Kom. Acara juga diisi Sosialisasi Proses Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru SNMPTN dan SBMPTN 2022 oleh Dr. Juli Rejito, M.Kom.

Pelestarian Budaya

Pada kesempatan tersebut, Prof. Budi Nurani mengatakan bahwa pembelajaran etnomatematika dapat bermanfaat untuk melestarikan dan mempromosikan budaya di suatu daerah.

“Etnomatematika mendukung pelestarian budaya setiap wilayah di Indonesia melaui berbagai aktivitas sehari-hari,” ujar Prof. Budi.

Selain itu, pendekatan etnomatematika dapat digunakan oleh guru, dosen, dan orang tua untuk membantu pemahaman konsep  matematika dengan lebih mudah.

Menurut Prof. Budi, etnomatematika dapat meningkatkan proses berpikir siswa. Siswa juga diharapkan dapat senang mempelajari matematika.

“Jadi siswa bukan menghapal. Matematika itu ya, harus secara konsep kemudian siswa mengerti,” ujar Prof. Budi.

Salah satu contoh topik etnomatematika dalam pembelajaran adalah mengenalkan sifat bangun datar melalui permainan engklek, pengukuran waktu melalui pemainan gasing, berhitung melalui permainan congklak, dan sebagainya.

Prof. Budi menjelaskan bahwa kajian tentang etnomatematika di antaranya bertujuan untuk memahami keterkaitan antara matematika dan budaya. Dengan demikian, persepsi siswa dan masyarakat tentang matematika jadi lebih tepat dan mudah dipahami. Matematika pun tidak menjadi hal yang menakutkan bagi siswa.

Selain itu, melalui etnomatematika, penerapan matematika di dalam kehidupan masyarakat juga menjadi optimal. Etnomatematika juga bertujuan memanfaatkan budaya yang spesifik yang ada pada masyarakat, misalnya cara berpikir, cara berkarya, cara berperilaku, cara berbahasa, dan sebagainya.

Prof. Budi pun berharap kajian etnomatematika dapat berkontribusi dalam peningkatan layanan pariwisata sesuai budaya dan kearifan lokal yang ada di Indonesia.

Pembicara lain, Prof. Atje memaparkan materi mengenai etnoinformatika, yakni penerapan informatika dalam budaya. Kajiam etnoinformatika dapat memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat.

“Jadi tujuan kajian ini adalah menilik keterkaitan antara informatika dan budaya sehingga masyarakat dapat memanfaatkanya. Sehubungan dengan era teknologi 4.0 dan era society 5.0., teknologi itu harus berguna untuk masyarakat, untuk melestarikan budaya dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Prof. Atje.

Dalam paparannya, secara spesifik Prof. Atje menjelaskan mengenai penerapan etnoinformatika untuk toponimi di Indonesia dan antroponimi di Kabupaten Sumedang. Toponimi merupakan pengetahuan yang mengkaji riwayat atau asal-usul penamaan tempat, sedangkan antroponimi adalah pengetahuan yang mengkaji riwayat atau asal usul penamaan orang/nama diri.

Menurut Prof. Atje, penelitian etnoinformatika untuk toponimi dan antroponimi dapat memberikan sejumlah manfaat, di antaranya untuk perencanaan kebijakan bagi pemerintah dan meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Jadi budaya itu bisa berdampak pada ekonomi masyarakat,” ujar Prof. Atje.*

Share this: