Ada di Garda Depan, Perawat Hadapi Sejumlah Tantangan

perawat
Kepala Departemen Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Yanny Trisyani, SKp., MN, PhD, menyampaikan paparan kunci pada Webinar “Let’s Fight This Global Challenge: Emergency Management in Covid-19 Pandemic Situations” yang digelar Fakultas Keperawatan Unpad, Kamis (1/7).*

[unpad.ac.id] Sekitar 50 sampai 80 persen segmentasi tenaga kesehatan di Indonesia adalah perawat. Dengan komposisi yang banyak ini, perawat menjadi garda terdepan dalam perawatan penderita Covid-19. Meski demikian, perawat Indonesia masih dihadapkan pada sejumlah tantangan.

Kepala Departemen Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Yanny Trisyani, SKp., MN, PhD, mengungkapkan, perawat memberikan kontribusi signifikan dalam memberikan layanan kesehatan dalam penanganan Covid-19. Mulai dari tingkat fasyankes hingga pada tingkat perawatan kritis di rumah sakit.

“Pandemi Covid-19 memberikan gambaran nyata tentang bagaimana kontribusi keperawatan dalam merespons terhadap pandemi,” ungkap Yanny saat menjadi pembicara kunci dalam Webinar “Let’s Fight This Global Challenge: Emergency Management in Covid-19 Pandemic Situations” yang digelar Fakultas Keperawatan Unpad, Kamis (1/7).

Tantangan pertama yang dihadapi adalah masih adanya gap pengetahuan di antara perawat. Pelayanan keperawatan pada pasien level moderat, akut, hingga kritis memerlukan kompetensi keperawatan yang lebih profesional. Apalagi, pandemi menuntut perawat untuk menguasai beragam kompetensi baru dalam melaksankan prosedur perawatan Covid-19

Untuk menyiapkan kompetensi tersebut, Yanny mendorong pemerintah untuk membuka akses pendidikan dan pelatihan lebih luas bagi perawat. Utamanya kesempatan akses pendidikan profesional, seperti pendidikan spesialis kegawatdaruratan.

“Akses edukasi dan training harus dibuka untuk memperkuat perawat,” ujar Yanny.

Sebagai garda terdepan, perawat juga harus mampu menerapkan safety practice agar bisa terhindar dari paparan Covid-19. Disiplin menggunakan APD yang tepat sesuai dengan kondisi kegawatdaruratan harus terus diterapkan oleh perawat.

Sayangnya, kata Yanny, perawat juga dihadapkan pada tantangan fasilitas yang kurang memadai. Sejumlah fasyankes masih belum adekuat, terutama di sektor logistik. Ketersediaan APD yang terbatas, bahkan hingga keterbatasan tenaga perawat kerap terjadi di beberapa wilayah.

Tantangan selanjutnya adalah penguatan kepemimpinan di sektor keperawatan. Yanny menjelaskan, representasi kepemimpinan seorang perawat dalam level yang lebih tinggi dipandang masih kurang. Perawat seyogianya punya kontribusi penting dalam pengambilan kebijakan melalui dukung kepemimpinan yang kuat.

Tidak kalah penting, peran perawat dalam hal promosi dan edukasi kesehatan mengenai Covid-19 sangat dibutuhkan. Saat ini, kata Yanny, keberhasilan memutus penularan Covid-19 bergantung penuh dari perubahan perilaku masarakat.

Pemberian edukasi harus dilakukan kontinu dan tidak bisa dilakukan dengan cara biasa. “Edukasi ini memerlukan sentuhan teknologi dan kreativitas agar proses ini bisa berlangsung tanpa memunculkan risiko penularan baru,” kata Yanny.

Webinar ini juga menghadirkan sejumlah pembicara, antara lain: Perawat di ruang ICU Covid-19 RSHS Bandung Ns. Amelia Ganefianty, Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap RSHS Bandung Oded Sumarna, Wakil Dekan Bidang Pembelajaran, Kemahasiswaan, dan Riset Fakultas Kedokteran Unpad Herry Herman, dr., SpOT, PhD, serta Direktur Pendidikan dan Internasionalisasi Unpad Mohammad Fahmi, SE, MT, PhD.*

Share this: