Ini Deskripsi Perairan Tempat Karamnya KRI Nanggala-402

KRI Nanggala-402
Perairan Samudera Hindia di Pesisir Selatan Jawa Barat. (Foto: Arif Maulana)*
KRI Nanggala-402
Perairan Samudera Hindia di Pesisir Selatan Jawa Barat. (Foto: Arif Maulana)*

[unpad.ac.id] Kapal selam KRI Nanggala-402 resmi dinyatakan tenggelam (subsunk) diperkirakan di kedalaman 838 meter di wilayah perairan Bali, Sabtu (24/4). Secara teori, lokasi tenggelamnya kapal selam tersebut berada pada zona laut dalam.

Dosen dan peneliti kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Syawaludin Alisyahbana Harahap, M.Sc., menjelaskan, kedalaman laut dihitung berdasarkan degradasi atau penurunan dari garis pantai. Dimulai dari garis pantai, kedalaman laut akan terus menurun sampai ke tingkat kedalaman tertentu.

Wilayah kedalaman dari garis pantai hingga kedalaman 200 meter disebut dengan paparan benua (continental shell). Menurut Syawal, degradasi kedalaman hingga 200 meter cenderung masih landai.

“Setelah kedalaman 200 meter, akan terjadi perubahan signifikan hingga sampai 2.000 – 3.000 meter,” ujar Syawal saat diwawancarai Kantor Komunikasi Publik Unpad.

Wilayah dasar laut dengan kedalaman 200 – 3.000 meter diistilahkan dengan zona lereng benua (continental slopes) dengan pola penurunan yang terjal. Di zona ini, bisa jadi ada daerah yang lebih dalam lagi. Daerah dalam tersebut dikenal dengan istilah palung atau celah sempit yang dalam dan memanjang.

Syawal menjelaskan, Indonesia setidaknya memiliki beberapa palung dalam. Dua di antaranya adalah palung Jawa dengan kedalaman rata-rata 7.140 meter serta palung Weber di wilayah perairan Banda dengan kedalaman rata-rata 7.440 meter.

Ambang Laut

Jika melihat dari gambaran lokasi, karamnya KRI Nanggala-402 berada pada zona lereng benua di perairan Bali. Secara geografis, kawasan laut Bali merupakan zona pertemuan paparan Sunda di sebelah barat dengan paparan Sahul di sebelah timur. Zona ini dipisahkan oleh Kepulauan Kangean, sebelah utara dari pulau Bali.

Zona paparan Sunda termasuk pada perairan dangkal dengan maksimal kedalaman 200 meter. Sementara paparan Sahul terus membentang ke timur hingga kawasan perairan Flores dan perairan Banda yang dikenal sebagai laut terdalam di Indonesia.

Berdasarkan data kedalaman karamnya KRI Nanggala-402, lokasi diperkirakan berada pada wilayah ambang laut perbatasan antara paparan Sunda dan paparan Sahul. “Kemungkinan ada palung-palung juga di sana,” kata Syawal.

Syawal yang juga instruktur menyelam ini menjelaskan, semakin dalam, tekanan akan semakin besar. Hitungannya, ketika turun ke dasar laut, setiap 10 meter tekanan bisa bertambah 1 atm.

“Bisa kita bayangkan kalau sampai lebih dari 200 meter, berapa tekanannya,” tutur Syawal.

Selain tekanan, temperatur dan arus juga memiliki perbedaan. Semakin turun ke dalam, temperatur semakin berkurang. Sementara perairan Indonesia dipengaruhi oleh pertemuan dua arus samudera, sehingga memiliki dinamika yang sangat tinggi.

Potensi

Syawal mengungkapkan, laut dalam memiliki potensi yang bisa dimanfaatkan, baik potensi hayati maupun nonhayati.

Di sektor hayati, laut dalam merupakan habitat bagi ikan jenis tuna ataupun ikan-ikan besar. Sementara di sektor nonhayati, laut dalam menyimpan potensi energi yang besar, di antaranya arus dan tekanan yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik. Di sisi lain, laut dalam juga menyimpan berbagai cadangan minyak dan gas alam yang melimpah.*

Share this: