Jika Antibodi Belum Terbentuk, Penerima Vaksin Masih Rentan Terkena Covid-19

Tenaga kesehatan
antibodi
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K), M.Kes. (Foto: Arif Maulana)*

[unpad.ac.id] Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K), M.Kes., mendorong agar masyarakat yang sudah divaksinasi Covid-19 tetap wajib mematuhi protokol kesehatan.

“Penerima vaksin tetap harus jaga jarak,” ujar Prof. Kusnandi saat diwawancarai sejumlah wartawan, Rabu (3/3).

Prof. Kusnandi Rusmil yang juga ketua tim riset uji klinis fase III vaksin Covid-19 Sinovac ini menjelaskan, penerima vaksin masih rentan terkena Covid-19. Sebab, bisa jadi antibodi dalam tubuh belum terbentuk sempurna.

Proses vaksinasi menggunakan vaksin Sinovac saat ini melakukan penyuntikan sebanyak dua kali. Paling cepat, kata Prof. Kusnandi Rusmil, antibodi tubuh akan mulai terbentuk sekira satu bulan setelah penyuntikan kedua. Antibodi secara maksimal akan terbentuk adalah tiga bulan pasca-penyuntikan kedua.

“Itu kalau orangnya normal. Kalau dia daya tahan tubuhnya rendah, dia makin berisiko lagi,” imbuhnya.

Selama antibodi belum terbentuk sempurna, seseorang masih rentan terkena Covid-19 dan menularkannya kepada yang lain. Karena itu, penerima vaksin tetap harus menjaga jarak dan menggunakan masker setiap beraktivitas.

Prof. Kusnandi menegaskan, vaksinasi dilakukan bukan untuk menghilangkan penyakit, tetapi mengurangi angka kejadian tertular Covid-19. Karena itu, proses vaksinasi dilakukan berulang agar kekebalan tubuhnya tetap tinggi dan terjaga.

“Vaksinasi jangan ragu. Di seluruh dunia sudah menyatakan bahwa vaksinasi merupakan cara untuk mencegah penyakit, sehingga untuk mencegah terus harus diulang,” kata Prof. Kusnandi.*

Share this: