Energi Baru Terbarukan, Riset Perguruan Tinggi Punya Peran Penting

energi baru terbarukan
Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Hendarmawan, Ir., M.Sc., dalam diskusi “Satu Jam Berbincang Ilmu: Energi Masa Depan dan Peluang Perguruan Tinggi” yang digelar Dewan Profesor Unpad secara virtual, Sabtu (27/2).*

[unpad.ac.id] Pemerintah mendorong adanya bauran pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 23% pada 2025 hingga 31% pada 2050 mendatang. Komitmen ini bisa menjadi peluang bagi perguruan tinggi untuk menjalankan berbagai riset di bidang energi baru terbarukan.

“Jadi penggunaan energi (di Indonesia) sudah bukan minyak bumi lagi, tetapi bagaimana menjadi energi baru terbarukan,” ungkap Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Hendarmawan, Ir., M.Sc., dalam diskusi “Satu Jam Berbincang Ilmu: Energi Masa Depan dan Peluang Perguruan Tinggi” yang digelar Dewan Profesor Unpad secara virtual, Sabtu (27/2).

Dunia, kata Prof. Hendarmawan, sudah mulai beralih memanfaatkan energi baru terbarukan. Data JP Morgan Tsinghua University memperkirakan, ada tiga jenis energi baru yang banyak dimanfaatkan pada 2025 hingga 2060, yaitu matahari (587%), angin (346%), dan nuklir (382%).

Sementara pemanfaatan energi fosil atau tambang diprediksikan akan menurun drastis hingga sebesar minus 96%.

Meski menjadi keniscayaan, pengembangan energi baru terbarukan di Indonesia menemukan beragam tantangan. Di bidang akademik, belum adanya kesesuaian antara riset perguruan tinggi dengan kebutuhan di sektor industri menjadi tantangan tersendiri.

Prof. Hendarmawan menjelaskan, riset yang dijalankan perguruan tinggi harus sejalan dengan kebutuhan pasar. Riset diharapkan mampu memecahkan permasalahan negara terkait proses transisi menuju energi baru terbarukan. Seperti bagaimana pemodelan investasi yang tepat dalam membangun proyek energi baru terbarukan.

Selain itu, riset juga harus mampu memecahkan permasalahan lokal seputar energi baru terbarukan. Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Unpad ini mengatakan, ada beberapa riset lokal yang bisa dijalankan, di antaranya riset yang berhubugan dengan kebijakan fiskal, tata kelola energi yang efisien, hingga riset energi dengan memanfaatkan bahan-bahan domestik dan murah.

Networking antara pemerintah, industri, dan perguruan tinggi juga harus kuat,” kata Prof. Hendarmawan.*

Share this: