Dr. Yuli Andriani, M.P., Olah Limbah Pangan Jadi Pakan Ikan

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Laporan oleh Artanti Hendriyana

pakan ikan
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Dr. Yuli Andriani, M.P., bersama tim sedang mengolah limbah organik menjadi pakan ikan.*

[unpad.ac.id, 22/2/2021] Sebagai upaya mengurangi pencemaran lingkungan, Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran Dr. Yuli Andriani, M.P., melakukan penelitian mengolah limbah organik menjadi pakan ikan. Penelitian ini diakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya dari limbah rumah makan di kawasan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

“Kegiatan rumah makan, khususnya, menjadi perhatian khusus bagi saya karena menghasilkan limbah yang banyak per hari,” ungkap Yuli saat dihubungi Kantor Komunikasi Publik (KKP) Unpad, Senin (22/2).

Diungkapkan Yuli, berdasarkan pengumpulan data pada kegiatan PPM-ALG terintegrasi KKNM tahun 2018-2019 (sebelum pandemi), diketahui setidaknya terdapat  150 kg sampah organik perhari dari 50 rumah makan di kawasan Jatinangor. Hal ini berpotensi mencemari lingkungan.

“Berbekal informasi tersebut, saya memiliki ide bagaimana bila limbah yang melimpah itu diolah menjadi pakan ikan,” ujar Yuli.

[irp]

Namun, limbah rumah makan memiliki nilai protein yang rendah karena sebagian besar komponennya adalah nasi (karbohidrat), sayuran, dan tulang. Untuk meningkatkan nilai gizinya, dilakukan pengolahan limbah dengan menggunakan teknik fermentasi. Hasilnya pun telah diujicobakan pada berbagai jenis ikan untuk melihat kesesuaian penggunaan pakan ikan yang dihasilkan.

Dr. Yuli Andriani, M.P.*

Adapun limbah yang diambil untuk penelitian ini berasal dari 10 rumah makan sunda di kawasan Jatinangor. Rumah makan yang menyajikan makanan dengan banyak santan dan bumbu pekat tidak disertakan dalam penelitian ini karena akan berpengaruh pada proses pengolahan awal dan kandungan lemak yang terlalu tinggi.

Dijelaskan Yuli, lemak adalah komponen nutrisi yang harus dikurangi dalam pakan ikan karena memiliki energi yang besar dan dapat menyebabkan bau tengik selama penyimpanan (rancidity).

“Syarat limbah adalah limbah yang masih segar, diambil harian, sehingga mencegah kontaminasi mikroorganisme patogen. Limbah disortir, dibersihkan dan difermentasi menggunakan probiotik dengan inkubasi selama 7 hari,” jelas Yuli.

Hasil fermentasi dari bahan tersebut kemudian dikeringkan dan dibuat tepung. Selanjutnya, tepung ini diformulasikan dengan bahan pakan lain sehingga kandungan proteinnya sesuai dengan kebutuhan ikan yang akan dibudidayakan.

Menurut Yuli, produk pakan yang diolah dengan teknik fermentasi ini memiliki nilai nutrisi yang baik karena mikroorganisme yang terlibat dalam fermentasi akan meningkatkan protein dan menurunkan serat kasar dalam bahan.

Selain itu, produk ini  dapat dicerna dengan baik oleh ikan. Karena sebelumnya telah diolah/dimasak, limbah rumah makan memiliki struktur yang sederhana untuk dicerna ikan. Proses fermentasi pun akan lebih lanjut menguraikan ikatan-ikatan kompleks dalam limbah, sehingga kecernaannya akan semakin meningkat.

Produk ini juga dinilai dapat menjadi sumber pakan yang murah dan ekonomis karena berbasis pemanfaatan limbah yang tidak digunakan lagi oleh manusia.

“Pakan berbasis pemanfaatan limbah rumah makan cocok diberikan pada jenis-jenis ikan yang memiliki rentang toleransi yang tinggi terhadap variasi jenis pakan, misalnya jenis-jenis ikan omnivora seperti ikan lele, ikan nila,  dan akan diujikan juga pada ikan mas, gurame, dan patin,” kata Yuli.

[irp]

Penelitian ini didanai melalui skema Penelitian Penelitian Terapan Perguruan Tinggi (PTUPT) dari Kemenristekdikti sejak tahun 2019, dan saat ini memasuki tahun ke-3. Penelitian ini juga dipayungi oleh Penelitian ALG yang diketuai Prof. Dr. Risdiana, S. Si., M. Eng., mengenai Biomaterial sejak tahun 2019 sampai saat ini.

Diungkapkan Yuli, penelitian ini telah mencapai tiga hal.  Pertama, tersedianya informasi tentang karakteristik bahan pakan ikan dari limbah rumah makan yang diolah dengan teknik fermentasi, baik secara fisik, kimiadan biologi. Kedua, telah dilakukan feeding trial pada beberapa jenis ikan yang masih akan berlangsung pada tahun 2021. Ketiga, dilakukannya penyempurnaan alat dan metode yang digunakan dalam proses fermentasi limbah.

“Berdasarkan hasil penelitian sejauh ini, produk masih harus melewati beberapa pengujian sebelum akhirnya dapat diproduksi secara massal dan dipasarkan,” ungkapnya.

Penelitian ini juga melibatkan sejumlah mahasiswa Sarjana dan Magister FPIK Unpad. Hasil penelitian pun telah disinergikan dalam kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) yang melibatkan Biomethagreen Rumah Edukasi sebagai mediator antara terhadap masyarakat Tanjungsari tentang cara membuat pakan ikan dari limbah rumah tangga.

“Harapan saya hasil penelitian ini dapat menjadi motivasi bagi masyarakat untuk memanfaatkan limbah yang ada di sekitar menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat,” ujar dosen yang menekuni bidang budidaya perikanan ini.

Lebih lanjut Yuli mengatakan bahwa ke depannya tidak tertutup kemungkinan penelitian ini dimanfaatkan lebih jauh dalam bidang lain, seperti untuk kompos ataupun biogas.

“Dengan mengembangkan konsep pemanfaatan seperti ini, masyarakat tidak hanya akan mendapatkan keuntungan secara ekonomis namun juga membantu meringankan beban lingkungan dari pencemaran akibat limbah domestik/sisa makanan,” pungkasnya.*

Share this: