Pengetahuan Kearifan Lokal Berperan Pecahkan Masalah Global

Laporan oleh Arif Maulana

Prof. Dr. L. Jan Slikkerveer (Foto: Dadan T.)*

[unpad.ac.id, 11/12/2020] Aspek kearifan lokal ternyata tidak hanya menjadi suatu tinggalan kebudayaan atau yang bersifat tradisional. Kearifan lokal ternyata dapat menunjang berbagai ilmu pengetahuan dalam mengatasi berbagai permasalahan di masyarakat.

Demikian disampaikan Guru Besar Emeritus Leiden University, Belanda Prof. Dr. L. Jan Slikkerveer saat menjadi pembicara kunci dalam seminar internasional “Indigenous Knowledge for Sustainable Development” yang digelar Universitas Padjadjaran secara virtual, Kamis (10/12).

Ahli Etnobotani ini menjelaskan, modernisasi ternyata memberikan dampak pada menguatnya permasalahan sosial. Modernisasi menurutnya tidak menjadikan situasi ekonomi dan sosial budaya masyarakat membaik. Kesenjangan sosial justru semakin meningkat.

[irp]

Dari studi yang sudah dilakukan, Prof. Jan menunjukkan bahwa bentuk praktik dan kelembagaan kearifan lokal di tingkat akar rumput ternyata berperan dalam mengatasi kesenjangan sosial. Sayangnya, dominasi pengetahuan modern kerap mengalahkan eksistensi pengetahuan lokal.

“Dominasi pengetahuan global yang membuat pengetahuan lokal terpinggirkan, meskipun memiliki potensi besar,” ujar peneliti di Leiden Ethnosystem and Development Programme (LEAD) Leiden University ini.

Peran kearifan lokal tidak hanya untuk pembangunan sosial ekonomi. Sektor pertanian, pengelolaan lingkungan, serta pengembangan kesehatan masyarakat juga perlu sentuhan kearifan lokal.

“Meski sering diabaikan, kearifan lokal nyatanya memberikan kunci bagi banyak solusi berkelanjutan,” ucapnya.

[irp]

Pelopor Kajian Kearifan Lokal

Guru Besar penerima Doktor Honoris Causa dari Unpad tahun 2005 silam ini telah banyak berkecimpung meneliti di bidang etnossins. Beberapa risetnya juga banyak yang berkolaborasi dengan akademisi Unpad.

Salah satu kiprahnya bersama Guru Besar FISIP Unpad (alm) Prof. Kusnaka Admiharja adalah mengembangkan pusat kajian etnosains bernama “Indonesian Resource Center for Indigenous Knowledge (Inrik)” di Unpad pada 1994. Pendirian pusat kajian ini juga difasilitasi penuh oleh Rektor ke-8 Unpad Prof. Maman P. Rukmana.

Inrik Unpad berfokus pada kajian tentang pengetahuan, adat istiadat, hingga kultur dari masyarakat Indonesia. Pusat kajian tersebut pada saat itu menjadi pusat kajian pertama yang berfokus pada pengembangan kajian budaya lokal di Indonesia.

“Semua karya rintisan kajian peneliti Inrik Unpad di bidang etnosains memberikan kontribusi sebagai studi pertama dari kearifan lokal di Indonesia,” kata Prof. Jan.

Kepala Pusat Pengelolaan Pengetahuan Unpad Wina Erwina, PhD mengatakan, aktivitas Inrik Unpad terus bertahan hingga kini. Eksistensi kajian etnosains di Unpad terus dipertahankan oleh para Rektor Unpad.

Guna mempertahankan eksistensi kajian etnosains, Unpad mulai menerbitkan “Indigenous Knowledge (IK) Journal” pada Januari 2021 mendatang. IK Journal yang dikelola oleh Pusat Pengelolaan Pengetahuan Unpad bersama Inrik Unpad merupakan jurnal internasional open access yang menerbitkan laporan penelitian empiris, tinjauan sistematis, evaluasi program, dan laporan kasus yang berfokus pada komunitas di kawasan budaya.

[irp]

Jurnal tersebut juga menerbitkan artikel-artikel yang berkaitan dengan perkembangan praktek, pendidikan sistem pengetahuan adat di masyarakat, perkembangan teori, inovasi metodologis, isu-isu hukum dan kebijakan etika di bidang kearifan lokal masyarakat di seluruh dunia.

Seminar internasional ini juga menghadirkan sejumlah pembicara, antara lain Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA, (Ketua Senat Akademik Unpad), Prof. Ade M. Kramadibrata (Guru Besar Emeritus Unpad),  Dr. (H.C.) Martha Tilaar (pendiri dan Komisaris Martha Tilaar Group), Patrick Maundu, M.Sc., Ph.D. (Etnobotanis dari Kenya Resource Centre for Indigenous Knowledge, National Museums of Kenya), serta Kurniawan Saefullah, S.E., M.Ec., Ph.D. (dosen FEB Unpad). Acara dibuka secara resmi oleh Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti.*

Share this: