Guru Besar Unpad: Riset Akademisi akan Menentukan Status Geopark Ciletuh oleh UNESCO

Laporan oleh Arif Maulana

geopark ciletuh
Mahasiswa asing Universitas Padjadjaran memotret keindahan Curug Sodong, salah satu wanawisata di kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, Sukabumi, 11 Juli 2018. (Foto: Arif Maulana)*

[unpad.ac.id, 25/11/2020] UNESCO berencana akan meninjau ulang status Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, Jawa Barat, pada 2021 mendatang.

Menurut Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Prof. Mega Fatimah Rosana, PhD, peninjauan ulang bertujuan untuk menentukan apakah Geopark Ciletuh-Palabuhanratu masih layak ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGG).

“Ini sesuai aturan. Kita dapat penetapannya 5 tahun sekali, pas di tahun ke-4 kita akan divalidasi kembali,” ujar Prof. Mega, Rabu (24/11) sore.

Geopark Ciletuh-Palabuhanratu telah ditetapkan sebagai UGGp sejak 2018. Menginjak tahun ke-4, yaitu 2021, UNESCO akan memvalidasi kembali statusnya untuk menilai sejauh mana progres dari pengembangan Geopark tersebut.

[irp]

Lewat validasi ini, Prof. pemerintah diminta untuk mengirimkan dokumen yang berisikan progres pengembangan kawasan Geopark dari sektor edukasi, konservasi, dan ekonomi. Salah satu yang dinilai adalah tingkat kunjungan wisatawan selama ditetapkan sebagai UGG.

“Selain itu, nanti juga akan dilihat apakah ada peningkatan ekonomi dan peningkatan infrastruktur,” kata Prof. Mega.

Guru besar yang aktif melakukan penelitian di kawasan Ciletuh-Palabuhanratu sejak 2005 ini mengungkapkan, dokumen progres paling lambat diterima UNESCO pada Januari 2021. Nantinya, UNESCO akan mengirimkan tim asesor untuk menilai secara langsung kondisi Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.

Dari proses validasi ini, lanjut Prof. Mega, akan menghasilkan tiga kemungkinan penilaian. Pertama, UNESCO akan memberikan kartu merah bila tidak ada progres kemajuan sama sekali selama ditetapkan sebagai UGG.

“Kalau kartu merah, otomatis status UGGp-nya akan dicabut. Bila ingin mendapatkan status UGGp lagi maka harus mengajukan lagi dari nol,” jelas Prof. Mega.

Kemungkinan kedua adalah pemberian kartu kuning. Penilaian ini diberikan UNESCO apabila Geopark Ciletuh-Palabuhanratu memiliki progres pengembangan tetapi ada beberapa yang belum optimal.

[irp]

Nantinya, UNESCO akan memberikan target selama 2 tahun untuk melakukan pembenahan. Bila target tidak dicapai, otomatis Geopark Ciletuh-Palabuhanratu akan mendapat kartu merah.

“Kalau diselesaikan kita dapat kartu hijau, status UNESCO-nya diperpanjang lagi,” terang Prof. Mega

Dorong Peningkatan Riset

Prof. Mega memaparkan, pengembangan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu tidak hanya dilakukan oleh satu sektor saja. Kolaborasi Pentahelix sangat dibutuhkan, termasuk peran perguruan tinggi dalam menghasilkan riset di kawasan taman kebumian tersebut.

Prof. Mega menilai, keikutsertaan Unpad pada pengajuan Geopark Ciletuh ke UNESCO 2017 silam menjadi keunggulan dibanding pengajuan geopark lainnya di Indonesia. Ini didasarkan, kontribusi akademisi menjadi nilai tambah untuk Geopark.

Keikutsertaan Unpad pun telah berhasil mengantarkan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu memperoleh status UGG pada 2018. Karena itu, Prof. Mega menekankan agar kontribusi Unpad dalam proses validasi ini semakin ditingkatkan. Salah satu upayanya adalah memasifkan kembali aktivitas riset di kawasan Geopark Ciletuh.

Riset tersebut, lanjutnya, berperan penting dalam menunjang status Geopark sebagai media edukasi. Beragam keanekaragaman hayati, budaya, hingga sosial masyarakat penting untuk dilakukan penelitian.

“Edukasi itu harus berjalan setiap tahun. Dan riset itu tidak boleh berhenti, harus ada temuan-temuan terbaru. Banyak aspek yang bisa kita gali berdasarkan keilmuan yang ada di Unpad,” kata Prof. Mega.

Terkait proses re-validasi ini, Unpad melalui FTG telah menjalin kerja sama dengan badan pengelola Geopark Ciletuh-Palabuhanratu untuk membantu proses penyusunan dokumen yang akan diajukan ke UNESCO.*

 

Share this: