Rilis

Suasana audiensi bertajuk “Membumi Bersama Kesenian Jatinangor” sebagai bagian dari rangkaian program kerja “Exhibition and Art Performance for Social Dedication” atau Expose BEM Kema Unpad, Minggu (8/11).*

[unpad.ac.id, 16/11/2020] Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kema Universitas Padjadjaran melaksanakan program kerja “Exhibition and Art Performance for Social Dedication” atau Expose dengan beberapa agenda kegiatan. Salah satunya adalah audiensi bertajuk “Membumi Bersama Kesenian Jatinangor”, Minggu (8/11) lalu.

Audiensi ini bertujuan untuk melestarikan kesenian Jatinangor, terutama di tengah krisis pandemi Covid-19.

Acara yang diadakan secara virtual ini merupakan salah satu upaya BEM Kema Unpad menjadi penghubung antara seniman lokal dengan pemerintah Kabupaten Sumedang. Audiensi ini memilki bahasan utama permasalahan yang dialami oleh para pegiat seni di Jatinangor.

Audiensi dipandu oleh Kepala Departemen Advokasi Masyarakat BEM Kema Unpad 2020 Regy Pratama, dan mengikutsertakan tujuh sanggar kesenian, pihak pemerintah Kabupaten Sumedang, akademisi Unpad, serta perwakilan mahasiswa Unpad.

Sebagai perwakilan pemerintah hadir sejumlah tokoh, antara lain Sekretaris Daerah Kabupaten Sumedang Drs. H. Herman Suryatman, Camat Jatinangor Herry Dewantara, dan Ketua Dewan Kesenian Sumedang Tatang Sobarna.

Selain itu acara juga dihadiri Manajer Riset, Inovasi, dan Kemitraan Fakultas Ilmu Budaya Unpad Drs. Taufik Ampera, M. Hum dan Wakil Ketua BEM Kema Unpad 2020 Mursalaatul Urfan Al-Farauq.

[irp]

Adapun tujuh sanggar kesenian yang diundang adalah Sanggar Ranggonuyut, Sanggar Bumi Kasturi, Sanggar Jaga, Sanggar Kalawaas, Sanggar Wangsit, Sanggar Sri Banyuwening, serta Sanggar Jamparing Parikesit. Ketujuh sanggar bergerak di bidang yang beragam, mulai dari seni tari, musik, hingga teater.

Diskusi dimulai dengan pemaparan kinerja terkait kebudayaan oleh pihak pemerintah yang kemudian dilanjutkan dengan hasil pengamatan kesenian Drs. Taufik Ampera, M. Hum. Perwakilan mahasiswa lalu membaca kajian dan tuntutan kepada pemerintah sebelum ketujuh perwakilan sanggar dipersilakan untuk menyampaikan pemaparan masing-masing.

Permasalahan yang dialami antara lain adalah minimnya sarana prasarana, anggaran, serta sulitnya mencari pekerjaan di tengah pandemi. Isu-isu yang diangkat dibahas bersama-sama dalam sesi dialog dengan harapan kebijakan pemerintah dapat diperbaiki untuk kesejahteraa para pegiat seni.

Koordinasi dan konsolidasi kembali diadakan pada 11-12 November 2020 sebagai tindak lanjut atau aksi nyata dari tuntutan yang disampaikan pada audiensi.

Selain itu, Expose juga telah mengadakan pagelaran kesenian pada 7 November 2020 yang ditayangkan secara live delay pada 14 November 2020.

Dengan dilaksanakannya pagelaran dan audiensi ini, diharapkan Expose dapat menjadi perantara pengurai permasalahan para seniman serta menjadi langkah awal dari semakin berkembangnya kesenian lokal Jatinangor.(art)*

[irp]

Share this: