Rilis: Zalfa

[Foto ilustrasi] Sejumlah pelajar mencoba aplikasi “Mobile-Assisted Virtual Reality (MAVR) Hutan Malam”  karya sivitas akademika Unpad dalam pameran “Indonesia Science Day” (ISD) 2019 yang digelar PP Iptek Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, 25 – 28 April 2019. (Foto: Dany Firmansyah untuk Kantor Komunikasi Publik Unpad)*

[unpad.ac.id, 24/8/2020] Bermain gim (game) tidak hanya membawa dampak buruk bagi pemainnya. Pemain (gamer) ternyata bisa mengambil beragam sisi positif pada gim. Tentunya hal ini harus diimbangi dengan lingkungan yang suportif agar gamer tidak terjebak dalam kungkungan candu gim.

“Sudah sejak lama gim itu bukan hanya dijadikan sebagai entertainment tools, tetapi sudah menjadi asesmen dan alat edukasi,” ungkap Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Hary Setyowibowo, M.Psi., dalam sesi diskusi daring “Menjalani Hidup Bagai Game: Pengakuan Mantan Gamer RPG” yang digelar Ikatan Alumni Fakultas Psikologi Unpad, Minggu (9/8) lalu.

Seperti dikutip dari laman Fakultas Psikologi Unpad Hary menjelaskan, ada sejumlah gim yang sejak awal didesain sebagai powerful tools untuk pendidikan. Bahkan, ada pula gim hiburan yang bisa dimanfaatkan untuk media edukasi, salah satunya adalah Role Playing Game (RPG).

(baca juga: Unpad Kembali Hidupkan “Tarucing Cakra Basa Sunda”)

Hal ini dibenarkan akademisi cum desainer gim Sarah Lynne Bowman pernah meneliti mengenai fungsi Role Playing Game (RPG). Hary mengutip penelitian Bowman yang mengungkapkan bahwa RPG bisa digunakan sebagai media intervensi untuk pengembangan, terutama untuk kemampuan memecahkan masalah (problem solving).

Meski memiliki sisi positif, bermain gim tetap perlu diimbangi oleh pengawasan yang baik. Hary mengatakan, orangtua wajib mengimbangi aktivitas anak saat bermain gim.

“Benar, bila anak hanya berhubungan dengan gawai saja, maka kecakapan lain akan terbengkalai,” kata Hary.

(baca juga: Integrasikan Pangandaran ke dalam Permainan Monopoli, Mahasiswa Ilmu Komunikasi PSDKU Unpad Raih Juara di Singapura)

Alumnus Fakultas Psikologi Unpad yang juga mantan gamer RPG Fajar Anugerah mengatakan, ada hal menarik yang bisa dirasakan saat bermain gim jenis RPG. Hampir semua gim jenis ini mengenalkan dunia baru, sehingga akan merangsang imajinasi sang gamer.

“RPG juga melibatkan psikometri, di mana dalam RPG, akan terdapat profil keterampilan seseorang berdasarkan fisik, mental, dan konsentrasinya. Hal ini dapat dikembangkan selama permainan,” kata Fajar.

Setiap gim RPG, terdapat tugas utama (main quest) yang harus diselesaikan, juga tugas sampingan (side quest) yang jika ikut diselesaikan akan menambah poin bagi gamer. Hal ini menjadi panduan bagi Fajar dalam menjalani kariernya.

(baca juga: Ike Rostikawati Husen, dr., M.Kes., Ciptakan Aplikasi Permainan untuk Pembelajaran Mahasiswa Kedokteran)

Menurut Fajar, karier diibaratkan sebagai suatu petualangan. Hal ini membuatnya memiliki keberanian lebih untuk menghadapi beragam tantangan dalam berkarier, termasuk berani untuk mengganti karier untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

“Saya juga terbiasa melihat segala sesuatu sebagai quests—sebagai problem yang bisa dipecahkan, ini membuatnya terbiasa untuk levelling up hal-hal tertentu dan terbiasa mencoba mengukur level terhadap beberapa aspek dalam hidupnya secara berkala sehingga dapat terlihat polanya,” kata Fajar.(arm)*

Share this: