Mengenal Herbarium, Penyelamat Informasi Botani Indonesia

UKT
Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran i. (Foto: Dok. Humas Unpad)*

Rilis

Suasana Webinar Series I “Pengelolaan Herbarium Bandungense dan Rekaman Baru Jenis Asteraceae di Jawa” oleh Departemen Biologi Universitas Padjadjaran, Sabtu (2/5).*

[unpad.ac.id, 3/5/2020] Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat biodiversitas di dunia. Namun, hanya sebagian kecil saja spesimen tumbuhan yang sudah dikoleksi dalam bentuk spesimen herbarium. Padahal, herbarium ini dapat berfungsi sebagai penyedia informasi keanekaragaman hayati di Indonesia.

Demikian disampaikan Kurator Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung Arifin Surya Dwipa Irsyam, M.Si., dalam Webinar Series I “Pengelolaan Herbarium Bandungense dan Rekaman Baru Jenis Asteraceae di Jawa” oleh Departemen Biologi Universitas Padjadjaran, Sabtu (2/5).

Arifin menjelaskan, fungsi utama herbarium  adalah untuk media penelitian dan pendidikan. Selain itu, herbarium juga bisa memberikan informasi botani yang detail kepada masyarakat umum.

Berdasarkan Indeks Herbariorum Indonesianum Pusat Penelitian Biologi LIPI pada 2016, saat ini terdapat 30 lembaga herbarium yang sudah terindeks nasional. Sebagian besar terdapat pada beberapa perguruan tinggi, salah satunya adalah Herbarium Bandungense di SITH ITB.

Arifin yang juga alumnus Departemen Biologi FMIPA Unpad ini mengungkapkan, Herbarium Bandungense merupakan herbarium tertua di Indonesia. Herbarium ini menyimpan sekira 14.000 koleksi yang meliputi awetan basan, koleksi kering, karpologi (koleksi buah), artefak etnobotani, fosil tetumbuhan, koleksi kulit kayu (xylarium) serta tumbuhan berbunga.

“Beberapa koleksi merupakan specimen tipe yang menjadi rujukan dalam penemuan spesies baru seperti Begonia incudiformicarpa Ardi & D.C. Thomas, B. iskandariana Ardi & D.C. Thomas, B. johntania Ardi & D.C. Thomas, Pinanga schwanerensis A. Randi, Hikmat & Heatubun,” ujar Arifin.

Fokus utama penelitian di Herbarium Bandungense adalah eksplorasi spesies introduksi yang ternaturalisasi di Jawa, salah satunya adalah suku Asteraceae yang merupakan suku terbesar dalam kelas Eudikotil  dalam sistem klasifikasi APG (Angiosperm Phylogenetic Group) dengan bentuk bunga menarik serta merupakan tanaman hias.

Tanaman introduski tersebut seperti, Eupatorium capillifolium (Lam.) Small ex Porter & Britton yang mirip dengan tanaman adas dan tanaman daun pait (daun basmallah) (Gymnanthemum amygdalinum). Tanamn ini secara tradisional digunakan untuk obat diabet merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Tropik yang tumbuh meliar di Jawa.

Ketua panitia Webinar Biologi Unpad Budi Irawan, M.Si., mengatakan, webinar ini diikuti lebih dari 200 partisipan dengan menggunakan aplikasi Google Meet dan live streaming YouTube. Peserta berasal dari  65 Institusi di Indonesia, meliputi 47 PTN/PTS, 10 Lembaga non PT (LIPI, BIOTROP, P4TK IPA Kemendikbud) dan 8 Sekolah di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.(art)*

Share this: