Kalanirsuara, Kala Catatan Sejarah Menjadi Karya Seni

Cuplikan adegan dalam pentas teater "Kalanirsuara", 29 - 30 November lalu.*

[unpad.ac.id, 2/12/2019] Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa Universitas Padjadjaran menggelar pentas seni bertajuk “Padjadjaran Art Festival” (PAF) 2019 yang digelar di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung, 29 – 30 November lalu. Pada pertunjukan seni ini, mahasiswa menampilkan pementasan teater “Kalanirsuara” garapan sutradara M.H. Dutama.

Cuplikan adegan dalam pentas teater “Kalanirsuara”, 29 – 30 November lalu.*

Pentas “Kalanirsuara” merupakan pentas teater yang terinspirasi dari dua album milik kelompok paduan suara Dialita, yaitu “Dunia Milik Kita” dan “Salam Harapan”. Menurut Dutama, album ini bukan sekadar kumpulan irama paduan suara belaka. Ada catatan sejarah kelam yang berkelindan di balik para personelnya yang rata-rata merupakan para penyintas tragedi 1965.

“Kalanirsuara ini diharapkan menjadi upaya untuk menyambung kembali cerita-cerita perempuan Dialita yang harusnya diceritakan,” kata Dutama.

Berdurasi sekitar 3 jam, lakon tersebut berhasil memukau penonton dengan balutan tata cahaya, musik, dan artistik panggungnya. Penonton disuguhkan dengan latar waktu medio 1960an. Di akhir pementarsan, perwakilan personel Dialita juga menyumbangkan suaranya untuk menyanyikan salah satu lagu.

Kepala Produksi PAF 2019 Eunike Hanaya mengungkapkan, pementasan ini dikemas dengan konsep siluet dan permainan dimensi cahaya. Pentas pun didominasi dengan penampilan monolog.

“Seru banget, banyak pesan yang disampaikan, merasa terharu dan sempat terbawa suasana apalagi saat tau kalo itu merupakan kisah nyata dan juga bagian dari sejarah,” ujar salah satu penonton, Rizky Aulia.*

Rilis: Talcha Siti Alifa/am

 

 

 

Share this: