[unpad.ac.id, 9/10/2019] Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran menggelar Padjadjaran Psychology Conference Series 2019 bertema “Positive Psychology : Engagement, Meaningful and Pleasant Life”. Acara digelar di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad kampus Jatinangor, Rabu (9/10) dan Kamis (10/10).

Akademisi dari Department of Social Psychology Behavioural Science Institute (BSI) Radboud University, Nijmegen, Belanda Dr. Johan Karremans menjadi pembicara kunci pada acara Padjadjaran Psychology Conference Series 2019 bertema “Positive Psychology : Engagement, Meaningful and Pleasant Life” yang digelar Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad kampus Jatinangor, Rabu (9/10). (Foto: Arief Maulana)*

Dekan Fakultas Psikologi Unpad Prof. Dr. Hendriati Agustiani, M.Si mengatakan bahwa Psikologi Positif telah mejadi salah satu isu yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Variasi intervensi pada pendekatan Psikologi Positif pun telah berkembang luas.

“Ada banyak penelitian mengenai Psikologi Positif. Untuk itulah diperlukan konferensi di antara para peneliti agar dapat bertukar informasi satu sama lain,” ujar Prof. Hendriati.

Pada kesempatan tersebut, hadir sebagai pembicara kunci Dr. Johan Karremans dari Department of Social Psychology Behavioural Science Institute (BSI) Radboud University, Nijmegen, Belanda. Ia membahas korelasi forgiveness dan mindfulness jika dikaitkan dengan hubungan interpersonal.

Karremans mengatakan bahwa ketimbang membalas dendam, memaafkan saat sakit hati merupakan hal penting untuk mempertahankan hubungan baik dengan seseorang. Memaafkan menjadi penting apalagi dalam menjaga hubungan baik dengan seseorang yang sangat bernilai bagi hidup kita. Namun, memaafkan kadang menjadi hal yang sangat sulit dilakukan apalagi pikiran negatif masih sulit dihilangkan.

Sementara itu, ada banyak hal positif jika kita menerapkan mindfulness dalam hidup keseharian. Salah satunya adalah meningkatkan kesehatan mental dan pengendalian emosi. Menerapkan mindfulness pun diyakini dapat membantu proses memaafkan.

Mindfulness dapat menjadi alat dalam proses memaafkan,” ujar Karremans.

Menurutnya, penelitian lanjutan terkait hal tersebut pun perlu dilakukan, terutama untuk membantu dalam intervensi secara klinis.*

Laporan oleh Artanti Hendriyana/am

Share this: