Pendidikan Tinggi Kesehatan Didorong Menerapkan Kurikulum Interprofesional

Sejumlah akademisi dari 7 perguruan tinggi di Indonesia mengikuti

[unpad.ac.id, 23/4/2019] Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran bekerja sama dengan Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) Regional Jawa Barat menggelar Lokakarya/Workshop “Pengembangan Kurikulum Interprofessional Education (IPE) untuk Pendidikan Tinggi Kesehatan”. Acara yang diikuti oleh sejumlah peserta dari 7 perguruan tinggi di pulau Jawa dan Sumatera ini digelar di kampus Fakultas Keperawatan Unpad, Jatinangor, Senin (22/4) dan Selasa (23/4).

Sejumlah akademisi dari 7 perguruan tinggi di Indonesia mengikuti Lokakarya/Workshop “Pengembangan Kurikulum Interprofessional Education (IPE) untuk Pendidikan Tinggi Kesehatan” yang digelar Fakultas Keperawawatan Universitas Padjadjaran bekerja sama dengan Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) Regional Jawa Barat di kampus Fakultas Keperawatan Unpad, Jatinangor, Senin (22/4) dan Selasa (23/4). (Foto: Tedi Yusup)*

Ketua Panitia kegiatan tersebut Dr. F. Sri Susilaningsih, B.Sn., M.N., mengatakan bahwa di tengah kompleksitas tantangan dalam menghadapi pasien, perlu ada kolaborasi dari para tenaga kesehatan. Untuk itu, lulusan pendidikan tinggi kesehatan penting memiliki bekal kemampuan kolaborasi secara lintas disiplin ilmu.

“Karena pada tatanan pelayanan kesehatan, tidak ada satu pun ilmu yang bisa menyelesaikan semua masalah pasien. Masalah pasien makin ke sini makin kompleks. Itu membutuhkan pendekatan-pendekatan yang sinergis, mutual, yang sifatnya kohesif di antara para praktisi pelayanan kesehatan,” ujar Dr. Sri saat ditemu di sela acara.

Diungkapkan Dr. Sri, lokakarya digelar untuk menyokong berbagai lembaga pendidikan tinggi kesehatan di Indonesia, khususnya Jawa Barat dalam mengembangkan rancangan pembelajaran IPE yang terintegrasi dalam kurikulum. Dalam kegiatan tersebut, para peserta mencoba mengintegrasikan IPE pada pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum setiap perguruan tinggi.

Setelah pengembangan kurikulum, tahapan berikutnya adalah penyiapan tenaga pendidik yang akan mendukung proses pengajaran berbasis IPE. Dalam tahap ini, tim Fakultas Keperawatan Unpad berencana akan langsung hadir ke perguruan tinggi peserta lokakarya.

“Pada periode mendatang mesti menyiapkan pendidik-pendidik yang akan terlibat, karena mereka juga harus bekerja dalam iklim yang sama. Kita mau menyiapkan supaya kohesif, maka kultur kolektifnya itu harus dibangun. Kita tidak bisa membangun kultur kolektif di antara mahasiswa, kalau pendidiknya sendiri juga belum disiapkan untuk itu,” ujar Dr. Sri.

Dr. Sri pun berharap sosialisasi dan edukasi tentang IPE dapat semakin merambah ke seluruh pendidikan tinggi kesehatan. Setiap pendidikan tinggi kesehatan di Indonesia diharapkan dapat menyiapkan calon profesional yang memiliki kapasitas untuk melakukan kolaborasi secara interprofesional.

“Para calon profesional kesehatan itu tidak hanya harus dididik dalam lingkup disiplin keilmuannya, tetapi mereka juga harus belajar konsep kemitraa. Mereka harus belajar memahami apa peran dari profesional kesehatan yang lain, yang lingkup disiplin keilmuannya berbeda,” tutur Dr. Sri.*

Laporan oleh Artanti Hendriyana/am

Share this: