Mahasiswa Unpad Ajak Anak Berkebutuhan Khusus Jaga Kesehatan Gigi dan Mulut

[unpad.ac.id, 6/7/2018] Permasalahan kesehatan gigi dan mulut masih banyak terjadi pada penduduk Indonesia. Ini menandakan, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan edukasi yang baik tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Mahasiswa Universitas Padjadjaran melakukan pengabdian kepada siswa Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) di Kecamatan Cileunyi, Bandung. Mahasiswa tersebut melakukan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.*

Tenaga kesehatan dan akademisi memiliki peran penting dalam memberikan edukasi kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat. Atas dasar ini pula, empat mahasiswa Universitas Padjadjaran Nur Fauziana Hayuningtyas, Faizah Salsabila, Egidya Friezca, dan Ina Herlina berinisiatif menyusun program efektif untuk menyosialisan program kesehatan gigi dan mulut.

Diambil dari rilis yang diterima Humas Unpad, Nur dan kawan-kawan berfokus pada penyusunan program peningkatan kesehatan gigi dan mulut untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Ini didasarkan, anak kelompok ini memerlukan perhatian lebih dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya. Keterbatasan dalam melakukan gerakan menjadi salah satu hambatannya.

Di bawah bimbingan dosen Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Dr. Arlette Suzy Puspa, drg., Sp.KGA(K), M.Si., keempat mahasiswa tersebut melakukan pengabdian di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) di Kecamatan Cilenyi, Kabupaten Bandung. Mereka mengajak anak-anak tunadaksa untuk mandiri menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

Pemberian edukasi dilakukan melalui beberapa metode. Pertama, melalui metode tell, show, and do (TSD), para siswa diberi edukasi pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Proses sosialisasi ini juga melibatkan para orang tua dan guru untuk mendukung anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.

Metode ini merupakan implementasi prinsip dan teori observasional dalam psikologi. Teori tersebut menjelaskan, setiap individu memiliki kemampuan mengamati dna meniru perilaku yang muncul di lingkungannya. Untuk itu, keterlibatan orang tua dan guru diperlukan karena adanya interaksi langsung yang terbangun dengan anak.

“Keterlibatan orang tua dan guru ini diharapkan mampu membantu membentuk perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut bagi siswa dari sisi psikologis,” tulis Nur dalam rilisnya.

Metode selanjutnya adalah mendorong anak merawat dirinya (self-care) melalui permainan edukatif. Permainan ini menggunakan prinsip multisensori dan individualisasi. Metode lain yang digunakan adalah metode home care yang diberikan kepada orang tua melalui pelatihan dan pembekalan modul tabel sikat gigi pagi dan malam.

“Modul ini berfungsi membentuk kebiasaan. Dilengkapi pula CD berisi video metode sikat gigi yang benar,” tulis Nur.

Keempatnya memodifikasi sikat gigi untuk mempermudah anak menyikat gigi. Modifikasi ini dibuat dengan menambahkan bahan elastomer bernama putty yang bisa dicetak sesuai genggaman tangan anak.

Selain melakukan penyuluhan di sekolah, Nur dan kawan-kawan melakukan kunjungan ke rumah sebagai upaya tindak lanjut. Kunjungan dilakukan saat liburan, sehingga siswa SLBN Cileunyi tetap bisa menjaga kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut yang sudah diajarkan.

Kegiatan pengabdian ini didanai Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bernama “Mas Hore atau Metode Self and Home Care, Solusi Kesehatan Gigi dan Mulut untuk Anak Tunadaksa”.*

Rilis/am

Share this: